Ketersediaan pangan

     Peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kebutuhan pangan, harus diimbangi dengan peningkatan produktifitas lahan pertanian, sehingga produksi senantiasa imbang dengan kebutuhan. Apa daya nampaknya peningkatan luas lahan pertanian tidak dapat dilakukan, bahkan malahan lahan pertanian semakin berkurang dengan alih fungsi kesektor lainnya.
     daerah daerah yang secara alami tidak dapat meningkatkan produktifitasnya, harus berusaha mencari pangan alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis pangan, yakni padi dan jagung. Negara kita yang loh jinawi ini sebenarnya menyediakan sumber pangan yang sangat beragam. Berbagai macam umbi umbian, sagu, bahkan buah buahan, sangat berpotensi menjadi bahan pangan alternatif selain beras. Bahkan ada yang dapat diolah menjadi tepung sebagai pengganti tepung gandum yang 100% impor.
     Ya, Indonesia bukan penghasil gandum!!. Jadi 100% gandum adalah impor. Celakanya sekarang gandum dan produknya(roti, mie dlsb) telah menjadi bahan pangan kedua setelah beras. Jadi ketergantungan akan gandum bukannya mengecil, bahkan makin hari makin besar.
     Upaya penganeka ragaman pangan berbasis sumber daya lokal harus terus digalakkan. Pangan berbasis sumber daya lokal juga harus diupayakan bernilai tambah. dulu, kita masih ingat dalam pelajaran disekolah mengatakan bahwa makanan pokok orang madura adalah jagung, makanan pokok orang Maluku dan Papua adalah sagu, makanan pokok orang papua pedalaman adalah umbi umbian dlsb. Namun kini nampaknya semua seragam: makanan pokok orang Indonesia adalah beras.
      Penganeka ragaman pangan hanya terbatas pada pameran pangan saja. Bagaimanan membuat kue dari bahan sagu, roti dari tepung kasava, atau beras instan dari campuran anekan pangan lokal, dsb. Namun itu semua belum bisa memasyarakat.
     Bahkan sebenarnya bagi orang desa, petani dan orang yang tinggal dipegunungan, ada siklus pangan. Misalnya bulan ini makan jagung, nanti musim kemarau makan umbi umbian, musim panen atau musim banyak kerjaan, baru makan nasi. Tapi kalau pas makan umbi umbian kok ketahuan media, wuaahh....ekposenya macem macem. Ada yang menulis kurang pangan, pemerintah tidak tanggap dsb. Padahal itu siklus normal dalam kehidupan orang desa, yang tidak setahun penuh makan nasi.
     Memang, saat ini ketergantungan beras masih sangat tinggi, sehingga kalau beras menghilang dipasaran, masyarakat akan sangat sangat sangat resah. Jadi komoditas beras ini harus selalu ada entah bagaimana caranya (impor dsb), agar masyarakat ayem tentrem.
     Jadi, dalam hal ketersediaan pangan ini, mestinya langkah pemerintah adalah :
  • menyiapkan tataniaga beras, agar daerah yang surplus beras maupun daerah yang kurang beras, sama sama mempunyai ketersediaan beras. Kalau perlu impor tidak diharamkan, wong nyatanya kurang stok, mau apa lagi. Jangan dipolitisirlah.
  • menyiapkan alternatif pangan lain selain beras, yakni pangan berbasis sumber daya lokal untuk mengurangi ketergantungan akan beras dan memberi nilai tambah terhadap bahan pangan non beras.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar