Hobi kuliner? Jangan lihat dapurnya


     Ada seorang teman saya yang hobi kuliner, tapi tiba tiba menghentikan hobinya. Dia sekarang lebih suka makan dirumah. Ini gara gara dia secara tidak sengaja melihat dapur dari salah satu warung makan kaki lima yang terkenal. Begitu melihat dapurnya, melihat cara memasaknya dan tempat cucian piring, langsung hoek hoekk....dan hi;lang selera untuk makan ditempat warung makan langganannya. 
     Seorang teman lain memberi nasehat, kalau ingin makan di warung makan, kaki lima atau rumah makan yang gak bonafit, kuncinya adalah jangan pernah melihat dapurnya, cara memasak dan cara mencuci piring. Lihat saja apa yang telah terhidang diatas meja dan jangan pikirkan macem macem. Nanti jadi gak selera makan. Lho, memangnya kenapa dengan dapur, cara masak dan tempat cuci piring kuliner kuliner itu?.
     Ya, apa boleh buat, warung makan, kaki lima dan tempat kuliner lainnya, sedikit sekali yang peduli dengan kebersihan, kesehatan, pokoknya higiene dari yang disajikan. Mungkin dengan dalih kepraktisan, kecepatan dan pengiritan, mereka dalam memasak menabrak semua kaidah higiene masakan. Makanya, ya itu tadi, lihat saja apa yang terhidang diatas meja, jangan pikirkan prosesnya. Lho, kok ? Lha nanti kalau jadi korban gimana?
     Jadi korban? Mungkin kita masih ingat suatu saat dulu pernah terjadi wabah sakit perut atau malah hepatitis yang terjadi di Jogja. Selidik punya selidik, ternyata penyebabnya adalah rata rata mahasiswa yang jajan/ makan diluar. Warung makan sepanjang jalan X, ternyata sama sekali tidak memperhatikan kaidah kebersihan. Makanya terjadi wabah diare dan hepatitis dikalangan mahasiswa.

Kebersihan
     Teman yang saya sebut diatas tadi, kebetulan pernah melihat proses memasak sebuah warung makan terkenal yang menyajikan masakan dari pulau seberang. Yang pertama, daun singkong, begitu datang dengan diangkut bak terbuka, langsung dilempar lempar kelantai/tanah. Kemudian dipetiki gagangnya, dan daunnya langsung direbus. Tanpa dicuci dulu!!. Direbus dengan penambahan soda biar cepat empuk. Lalu dientas dan ditiriskan. Selama ditiriskan lalu disiram dengan minyak jelantah sisa penggorengan. Biar tambah gurih. Aduk  aduk hingga rata.
     Membuat rendang, menggoreng ikan, daging ayam dsb? Semua bahan tadi begitu datang dari pasar, lalu diiris iris seuai besar yang diinginkan, dalam satu tempat yang jangan tanya kebersihannya, lalu tanpa dicuci lagi, langsung dimasak atau digoreng. Kalau harus memcuci dulu, ngabis ngabisin air dan kelamaan katanya.
     Demikian, mulai dari datangnya bahan baku dari pasar, proses memasak sampai siap dijual, maka kebersihan adalah nomor empat belas.

Proses memasak
    Untung saja warung makan seperti ini lebih banyak membeli bumbu giling dari pasar. Tinggal mencampur seuai kebutuhan. Namun yang harus diracik sendiri, diuleg sendiri, wah wah, lagi lagi sangat menabaikan kebersihan
     JUga bahan bahan yang akan dimasak, seperti tadi saya katakan, ikan ya langsung dimasak, tanpa dicuci. Daging ayam, masih banyak kotoran, banyak darah, langsung aja dicemplungkan kewajan. Mungkin mereka berpendapat, toh dengan pemanasan semua bakterti akan mati. Tapi bagi yang kebetulan tahu/ melihat cara masaknya. pasti yang akan doyan.

Cucian piring
     Ini lebih lagi. Cucian piring itu hanya terdiri dari dua ember. Ember yang pertama untuk membersihklan dan menyabun, lalu ember yang kedua untuk membilas. Jangan tanya warna air dari ember yang pertama. Coklat, campur minyak, sambel dan sisa makanan lainnya. Ember kedua lumayan agak bersih. Sehabis dari ember kedua, ditiriskan lalu dilap. Kain Lap? Juga jangan tanya warnanya.
     Barangkali ini penyebab bila dulu pernah terjadi wabah diare dan hepatitis, penyebabnya ya dari proses opencucian piring ini, yang tidak bersih bersih amat.

Untung banyak yang sadar
     Ya, untung banyak yang sadar akan arti higiene masakan. Untuk menyakinkan pembeli, sekarang banyak rumah makan yang memperlihatkan dapurnya. Memperlihatkan proses memasaknya. Semua bahan baku, sayuran, ikan, daging, bumbu dsb, dicuci bersih, lalu ditempatkan dalam wadah, kaca dsb yang bisa dilihat oleh pembeli. Lalu proses masaknya juga pembeli dapat melihat, sehingga tidak ada keragu raguan dihati para pembeli.

Peran dinas terkait
     Mestinya dinas terkait yang menangani pembinaan warung makan, rumah makan dan tempat kuliner lainnya tidak henti hentinya membina, mengawasi dan memberi sangsi kepada mereka yang tidak mempedilikan cara cara memasak yang baik dan higienis.
      Jangan sampai pelanggan dirugikan karena mreka hanya ingin untung, praktis dan cepat tapi ameninggalkan cara cara memasak yang baik

Nah, mari mkita para penikmat kuliner juga memberi tekanan moral kepada para pemilik warung makan, agar mereka juga memperhatikan kepentingan kita. Jangan sampai ada lagi pelanggan yang kapok gak mau jajan gara gara melihat dapurnya. Jangan sampai ada lagi pelanggan yang makan sambil berucap  yang penting apa yang terhidang dimeja ini, jangan pikirkan dapurnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3R..jangan jangan justru menghasilkan limbah B3.....

     3R, Reduce, Reuse, Recycle, itulah jurus yang selalu diseosialisasikan oleh pemerintah untuk mengurangi volume sampah di Indonesia. Sudah banyak langkah yang ditempuh untuk mengaplikasikan 3R ini, Mengurangi, Memakai kembali dan Mendaur ulang sampah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Y, volume sampah semakin meningkat, kalau tidak ada upaya 3R tadi ya TPA/ tempat pembuangan akhir sampah akan cepat penuh.
     Sekarang banyak sekali kampung sebagai percontohan bagaimana mengolah sampah. Mulai dari membuat kompos dari sampah organik, lalu membuat produk prduk yang berasal dari sampah, sampai yang hanya sekedar mengumpulkan sampah yang masih laku dijual. Banyak istilah yang digunakan. Namun yang paling banyak ya istilah bank sampah. Dimana sebuah kelompok menerima sampah dari warga, sampah yang masih laku tentunya, lalu sampai itu dihargai dengan uang dan itu dianggap sebagai tabungan warga yang setor sampah.
     Untuk membuat produk produk daur ulang sampah, juga banyak kelompok yang sudah melaksanakannya. Plastik bekas gelas minuman disulap jadi rangkaian bunga kering yang indah, bekas sedotan minuman disulap jadi taplak meja, dan yang paling banyak adalah handicraft untuk kenang kenangan pesta perkawinan. 
      Cuma disayangkan, produk daur ulang ini kan suatu saat nanti juga akan menjadi sampah!. Dibuang karena sudah tidak terpakai lagi. Pada sampah yang kedua ini, dikawatirkan justru akan menjadi limbah B3/ Bahan Beracun Berbahaya. Atau setidaknya menjadi sampah yang semakin susah terurai.

Bahan bahan Tambahan
    Untuk menghasilkan produk baru dari sampah, tentu diperlukan bahan tambahan. Misalnya untuk membuat bunga kering dari plastik bekas botol minuman, diperlukan cat minyak, kawat, lem dsb. Untuk membuat handicraft dari limbah kayu, diperlukan bahan tambahan lem kayu dsb.
     Penambahan bahan bahan inilah yang berpotensi sampahnya nanti akan menjadi limbah B3. Plastik yang sudah dicat, tentunya akan mengandung bahan bahan cat, mulai dari rhodamin, minyak cat dan bahan kimia lainnya. Kalau suatu saat nanti produk daur ulang ini sudah tidak terpakai dan dibuang sebagai sampah, maka akan menjadi ssampah yang mengandung bahan berbahaya. Dan celakanya, penambahan bahan berbahaya ini kadang terlalu berlebihan

Semakin sulit diurai
     Dan yang merepotkan lagi, sampah hasil daur ulang ini akan semakin sulit diurai. contohnya saja ya itu tadi! Plastik yang dilapisi cat. Plastiknya saja sulit terurai, apa lagi sudah dilapisi cat. Lalu tali yang terbuat dari kertas koran, lalu dilapisi cat tembok untuk membuat handicraf. Ini juga akan menjadi sampah yang sulit terurai.
     Atau setidaknya akan lebih sulit memisahkan. Contohnya saja kalau sebuah produk daur ulang handicraft suatu saat dibuang sebagai sampah. Padahal bahan bakunya ada plastik, ada kertas, ada kawat, ada paku, ada kain perca dsb. Wah pemulung akan sulit memilah milah sampah semacam ini.

Produk yang tidak laku
    Ada juga kelompok kelompok daur ulang sampah ini yang asal membuat, tapi produk yang dihasilkan sebenarnya tidak mempunyai nilai jual. Yang paling banyak adalah bunga kering yang terbuat dari sampah plastik, kulit buah/ salah misalnya dsb, yang sebenarnya produk ini sangat jelek dan tidak akan laku.
     Ada juga membuat sapu dari sampah, sisa sabut dsb. Memang bisa menghasilkan produk baru berupa sapu, tapi siapa yang mau menggunakan sapu yang kayak gitu.....
     Ya, banayk sekali kelompok kelompok yang membuat produk daur ulang yang hanya sekedar jadi barang, tapi tidak memperhitungkan produk sepeti ini diterima nggak oleh masyarakat.

Lebih baik jadi bahan baku pabrik saja
     Ya, lebih baik kelompok kelompok itu mengumpulkan sampah, limbah, lalu memilah milah sesuai jenis sampah, lalu menjualnya ke pengepul atau pabrik pengolahan. Sampah kertas, sampah karton bisa jadi bahan baku pulp, pabrik kertas. Sampah rosok/ rongsokan besi, untuk bahan baku industri logam. Sampah plastik untuk bahan baku pabrik plastik.
     Nggak usah mmembuat produk daur ulang, sudah membuatnya susah, produknya nggak laku, limbahnya jadi limbah B3, wah, ngrepoti aja.
     Kalau mau membuat produk daur ulang, ya yang kira kira mempunyai nilai jual, yang bagus, yang indah dan tidak memakai bahan tambahan yang berbahaya. Jadi kalau mau membuat produk daur ulang, yang selektiflah....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Fungsi kepemimpinan yang dilupakan

     Konon katanya, saat ini dinegara kita lagi krisis kepemimpinan. Pemimpin yang ada tidak bisa memberi keteladanan kepada yang dipimpin. Kepala suatu satuan tugas, hanya menjadi kepala, namun gagal menjadi pemimpin. Bupati, walikota, gubernur dan pejabat negara lainnya, yang dipilih oleh rakyat, gagal menghadirkan sosok pemimpin yang diteladani. Mereka hanya menjadi figur formal yang tidak bisa mengambil hati rakyatnya. Itu baru pemimpin atau pejabat negara. Lantas bagaimana kepemimpinan ditingkat bawahnya? Kepala SKPD misalnya? Sama saja atau bahkan tambah para lagi.
     Banyak teori kepemimpinan yang telah diajarkan oleh para pakar. Banyak kursus kepemimpinan yang telah diikuti oleh calon pemimpin itu, namun apa hasilnya? Masuk telinga kiri kelusr telinga kanan. Dilingkungan PNS telah banyak pelatihan kepemimpinan, mulai dari penjenjangan semacam ADUM, ADUMLA, SPAMA, SPAMEN dsb. Juga ketrampilan, mulai dari total quality management, budaya kerja, reinventing government, dan banyak pelatihan motivasi. Hasilnya seperti yang kita lihat sekarang ini. Podho wae.
     Ada satu pelajaran kepemimpinan yang sederhana, tanpa teori, namun banyak dilupakan orang. Seorang pemimpin haruslah bisa menjadi atau bisa bertindak sebagai 4 hal dibawah......

Administrator
     Seorang pemimpin haruslah mampu menjadi administrator dikantornya, dilingkungan tempat kerjanya dan disatuan tugasnya. Administrator, mampu menguasai segala aspek dari tempat tugasnya, mulaui dari tugas pokok, fungsi, kewajiban, juga fungsi administrasi lainnya. Mampu pula menguasai hal hal teknis dibidang tugasnya, pelaporan, pertanggungan jawab, landasan hukum dlsb.
     Dewasa ini banyak pemimpin yang selalu berkata..."ah, itu kan tugasnya staf"...tanpa ia mau mencoba mengetahui atau mendalami bidang tugasnya. Memang dalam era otonomi daerah ini disadari banya pemimpin yang bertugas diluar disiplin ilmunya. Tapi itu bukan alasan seorang pemimpin untuk lepas tangan dan menyerahkannya kepada staf.

Negosiator
     Seorang permimpin haruslah bisa menjadi negosiator yang hndal. Dapat mengkomunikasikan hal hal yang menjadi bidang tugasnya, mempunyai nilai tawar yang tinggi, dapat memperjuangkan kepentingan satuan tugasnya kepada atasan/vertikal, kepada satuan tugas lainnya/horizontal, namun juga bisa merangkul bawahan untuk mendapat dukungan.
     Dewasa ini fungsi negosiator dari seorang pemimpin cenderung mandul. Pemimpin lebih banyak terima matengnya atau terima bersihnya, semua tinggal diserahkan kepada staf.
     Agak dekat dengan fungsi ini mestinya aalah fungsi komunikator. Seorang pemimpin haruslah seorang komunikator yang baik, dapat menyampaikan segala aspirasi satuan tugasnya kepada atasan, bawahan dan kesamping kepada satuan tugas lainnya.

Manager
    Bagaimanapun seorang pemimpin adalah nakhoda sebuah kapal. Maju mundurnya kapal/satuan tugas yang dipimpinnya sangat tergantung kwalitas kemanajerialan pemimpin. Bagaikan kapten sebuah kesebelasan, bagaimana ia mengatur anak buahnya untuk bisa menghasilkan goal, atau bagaikan pemimpin sebuah orchestra bagaimana menyajikan pertunjukan musik yang baik.
     Karena pemimpin mempunyai fungsi manajer ini, ya tentu saja kwalitas, pengetahuan, kompetensinya harus bisa mendukung tugas ini. Demikian juga nilai nilai diri, kearifan, kesalehan dan pandangan hidup seorang manager akan sangat menentukan jalan dan arah dari satuan tugas yang dipimpinnya.

Bapak/ orang tua
     Nah, ini dia, yang sering dilupakan oleh seorang pemimpin saat ini. Menjadi bapak atau orang tua yang baik bagi staf dan seluruh anak buahnya. Seorang pemimpin mestinya bisa merengkuh semua anak buahnya dalam satu keluarga besar, dalam suasana kekeluargaan yang baik. Mampu menumbuhkan rasa saling menyayangi, asah asih asuh diantara anak buahnya.
    Seorang pemimpin mestinya mampu menumbuhkan rasa aman kepada anak buahnya, merasa terlindungi dan kalau ada masalah harus berani pasang dada didepan. Seorang pemimpin harus bisa mengayomi, dan menjadi tempat untuk bertanya bagi anak buahnya. Bertanya tentang kesulitan dalam pekerjaan, bertanya hal hal teknis dalam pekerjaan, termasuk bertanya dalam hal urusan pribadi. Bisa memberi nasehatlah, atau bisa menjadi tempat untuk curhat bagi anak buahnya.
     Banyak pemimpin dewasa ini yang justru bersikap sebaliknya, justru berlindung dibelakang anak buahnya. Kalau ada masalah malah menghindar, sehingga oleh anak buahnya dijuluki Kyai joyo endo...

Ini hanya salah satu pendekatan fungsi seorang pemimpin yang saat ini banyak dilupakan. Kita semua adalah seorang pemimpin, dalam level apapun. Dikantor, di satuan tugas, dilingkungan atau dirumah tangga. Mari kita tengok lagi fungsi kita, kemampuan kita sehingga kepemimpinan yang kita lakukan setidaknya mempunyai arti bagi anak buah kita, bagi satuan tugas kita dan yang penting pertanggungan jawab kita nanti bisa bagus.
     Fungsi sebagai orang tua ini yang paling banyak memudar saat ini! Banyak pemimpin yang hanya menjadi mandor, hanya mengkomando, marah marah, gak bisa mengarahkan, tapi selalu minta jatah paling banyak hahaha.... 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Orang miskin itu ternyata justru berperilaku boros....

     Pepatah dulu mngatakan rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya....Ini masih berlaku sampai sekarang ya?. Apa malah lingkaran setan? Orang yang berperilaku boros, kebanyakan justru orang orang miskin. Tapi mestinya bukan karena boros terus jatuh miskin. Juga bukan karena ngirit, pelit, hemat terus jadi kaya raya.....Tapi ya itu tadi, lingkaran setan antara kemiskinan dan perilaku boros.
     Saya pernah mempunyai seorang pembantu rumah tangga, dari kalangan kaum miskin. Tentu saja, kalau orang kaya gak mau jadi pembantu. Begitu ada pembantu, deterjen yang biasanya sekilo cukup untuk sebulan lebih, kini hanya cukup untuk sepuluh hari. Rekening air, rekening listrik melonjak cukup tinggi. Kalau makan sih, biasa biasa saja. Ini semua karena kebiasaan sehari hari si pembantu yang memang berperilaku boros itu.

Kebiasaan harian
     Sekali lagi, ini tergantung kebiasaan hidup mereka sehari hari ditempat asalnya. Misalnya saja, mereka terbiasa mandi di kali atau disumur. Sewaktu mereka udah dikota, misalnya waktu mencuci, air harus tetap mengalir. Makanya setiap mereka mencuci pakaian, mencuci piring, kran itu selalu ngocor terus. Selama mencuci, ya air kran terbuang terus. Ini sudah gak bisa dirubah. Pokonya mereka mengatakan, tidak bisa bekerja kalau tidak mendengar air mengalir. wah wah....
     Demikian juga  memasak, mungkin karena kebiasaan didesa yang menggunakan kayu bakar yang bisa dicari di kebun belakang, api itu harus selalu menyala. Tatkala mereka menggunakan kompor gas misalnya, ya biar menyala dulu baru nanti air dijerang.
     Masih banyak kebiasaan didesa yang mengandalkan kemurahan alam, tidak membayar/membeli, yang dibawa kekota. Padahal dikota apa apa serba membeli

Tidak dapat memperkirakan kebutuhan
     Hampir tiap hari kami selalu membuang nasi basi, sayur basi dsb. Ini juga berawal dari kebiasaan mereka. Cobalah sekali waktu berjalan jalan keluar masuk perkampungan kumuh, perkampungan miskin. Lihatlah apa isi dari tempat sampahnya.Ya, itu tadi, mulai dari nasi basi, sayur basi, makanan 
yang tidak habis dimakan
     Dulu saya juga pernah mempunyai pembantu. Setiap pagi, termos nasi selalu penuh nasi( dulu belum ada magic jar), tapi sore harinya , ternyata termos nasinya sudah berganti dengan nasi baru. Semula saya tidak mikir, paling paling sudah habis dimakan. E, tahunya suatu saat saya tahu bahwa ternyata setiap siang, ia membuang  nasi pagi hari dan mengganti dengan nasi baru. Llu aku nasehati bahwa membuang nasi itu termasuk menyia nyiakan rejeki Allah. Kita harus bisa mengukur kebutuhan kita berapa. Kalau hari hari ini menanak nasi tiga takar tidak habis, ya besok pagi menanak nasi dua takar saja. Begitu seterusnya, sehingga pas dan tidak ada nasi yang terbuang.
    Juga dalam hal menggunakan deterjen, menggunakan air dsb, selalu banyak sekali yang terbuang. Pelan pelan saya arahkan agar kalau bekerja itu diupayakan tidak ada barang yang terbuang. Kalau mencuci seember, itu kira kira butuh deterjen berapa, harus tahu sehingga tidak banyak deterjen yang terbuang. Masak mencuci seember saja deterjennya empat sendok takar?

Kebiasaan jajan
    Nah, ini dia! Orang miskin itu dalam hal jajan ternyata sangat sangat boros. Terutama anak anaknya. Setiap ada penjual jajanan lewat, selalu minta dibelikan. Dan sayangnya, jajanan kelas rendah. Bakso aci, kojek, mie ayam, aneka jajanan anak anak, yang dikawatirkan banyak mengandung borax, rhodamin dan bahan pengawet lainnya.
     Buruh burh kecil, tukang ojek, bakul sayur kelilingan, sebagian besar penghasilannya habis untuk makan dan memberi uang saku anak sekolah. Anak anak dari klaangan ini emang punya kebiasaan jajan. Dan sekali lagi, yang dibeli aneka jajanan yang gak mutu, kelasd rendah, sedikit gizi dan banyak bahan pengawet.
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Berburu kuliner di "Lapis kedua"........

     Suatu saat saya pernah menghadiri rapat kerja di Jakarta. Diadakan di hotel berbintang 5. Acara dimulai pada jam 10 pagi. Saya dan juga peserta lain dari jawa yang memakai kendaraan bis malam atau tarvel biro, tentu saja jam 5 pagi sudah sampai di tempat rapat. Sambil menunggu waktu, pada mandi di kamar mandi hotel, sholat di musolla hotel, lalu duduk duduk di lobi. Sarapan pagi atau ngopi? Teman teman peserta lain pada makan atau minum di restoran hotel atau di kafe hotel. Sebagai orang yang berperut asli jawa, saya tidak terbiasa dengan sarapan ala hotel, yang paling kalau nggak roti tawar setangkep, ya nasi goreng. Lalu saya turun ke ground floor, ternyata didekat parkiran ada kantin, yang menyediakan makan bagi karyawan hotel dan petugas lainnya. Tempatnya bersih dan makanan yang disajikan juga memenuhi syarat 4 sehat 5 sempurna. Al hasil, teman teman yang makan di restoran hotel, secangkir kopi seharga Rp. 25 ribu, saya bisa minum segelas kopi dengan Rp. 6 ribu. Teman teman yang sarapan sepiring nasi goreng seharga Rp. 60 ribu, saya bisa sarapan nasi rames Rp. 12 ribu.
     Jam 12 siang, waktunya istirahat, sholat dan makan siang bagi para karyawan. Mereka yang bekerja di pusat perbelanjaan, mal, pusat perkantoran elite, pada berbondong bondong keluar dari tempat kerjanya, menuju ke satu kawasan. Di samping mal, dengan hanya dibatasi pagar seng, ada kawasan untuk makan siang bagi karyawan. Mulai dari nasi rames, nasi padang, warung tegal, ketoprak, mie ayam dan segala macam makanan kelas menengah ada disini dengan harga terjangkau. Ya, disinilah para karyawan makan siang. Bukan rumh makan wara laba di mal yang harganya mahal.
     Kalau yang ini cerita konyol : Suatu saat saya berwisata kuliner di satu rumah makan berkelas. Yang tentunya tarifnyapun berkelas. Pada waktu saya memarkir kendaraan di tempat parkir rumah makan tersebut, masuk pula teman saya, lalu memarkir kendaraannya. Namun ternyata teman saya itu tidak masuk ke rumah makan itu, tetapi malah masuk ke warung makan mie ayam yang kebetulan lokasinya berimpitan dengan rumah makan yang saya maksud. wah wah wah, parkir kendaraan di rumah makan berkelas, gak tahunya cuma makan mie ayam disampingnya. Gombal tenan.

Lapis kedua itu mesti ada
     Dari cerita cerita saya diatas tsb, saya ingin cerita, bahwa warung makan lapis kedua itu mesti ada. Disatu pusat perbelanjaan, mal dsb, rasanya tidak mungkin para karyawannya harus makan di mal itu, lha wong yang disitu yang restoran berkelas semacam KFC, Mc Donald dan waralaba lokal lainnya. Habis gajinya untuk makan siang saja. 
     Di hotel berbintang, tidak mungkin para karyawan, sopir dan pekerja lainnya makan di restoran hotel. Tekor gajinya. Pasti ada kantin untuk menfasilitasi mereka.
     Kalau kita cerdas, mau sedikit kesulitan, maka berburu kuliner di kantin, rumah makan dan warung warung kecil di sekitar mal, hotel berbintang dan kawasan elit lainnya, kita akan menemukan tempat makan yang murah meriah, harga terjangkau dan rasa yang tidak kalah enak dibanding masakan chef ternama. Cobalah sekali sekali berjalan jalan di kawasan yang saya sebutkan tadi dan temukan rumah makan yang enak. Pasti anda akan ketagihan berburu kuliner disini.

Beda nama, beda penampilan
     Kalau anda makan di hotel berbintang dengan menu fried rice chicken with omelet, maka disini anda cukup bilang nasi goreng telur. Kalau dihotel berbintang ada makanan banana crispy tau banana crepe, maka disini ada ledre pisang. dsb dsb pokoknya beda namanya, sama barangnya.
     Penampilan? jelas sangat berbeda. Tapi kalau makan itu kan yang penting rasanya. Pemnampilan itu nomer dua. Dengan perut yang terasa lapar, maka di meja plastik kursi plastik, piring kaca ala kadarnya, makan siang kita sudah terasa nikmat.
     Tapi jangan kawatir, yang namanya tetap seperti aslinya juga ada. Mau nyari lasagna/ lasanya, shabu shabu, sukiyaki, sashimi, bento juga tersedia disini. Namun ditempat ini masakan manca negara, masakan londo, masih kalah pamor dibanding nasi rames, soto ayam, atau masakan padang. Nah, disini baru terasa masakan asli Indonesia jadi tuan rumah dinegeri sendiri.

Harga terjangkau, suasana familiar
      Jelas disini harga terjangkau, karena memang dimaksudkan untuk melayani para pekerja kelas dua. Karyawan hotel, karyawan mal, pusat pertokoan, pusat perkantoran, sopir dsb. Ada yang mengatakan disini adalah masakan rasa bintang lima, harga kaki lima. Minta dibungkuskan untuk dibawa pulang buat makan malampun oke.
     Suasanapun sangat familiar, karena isinya para karyawan. Sambil makan mereka bisa berbincang bincang tentang pekerjaannya, tentang infotaimen, tentang politik. Diskusipun bisa berkembang dalam suasana yang akrab.
      Yang lebih menarik lagi, yang makan disini cuantik cuantik lho...ada resepsionis, ada sales promosion girls, ada PR....cantik harum, seksi, pakai rok mini, wah kita bisa makan paha sambil melihat paha hahaha......

Nah, dari cerita saya ini, berburu kuliner itu tidak mesti harus ketempat tempat yang prestisius. Yang terkenal, yang sering diliput TV dsb. Bahkan dibelakang deretan gedung pencakar langit, dibelakang mal, disamping hotel atau diground floor hotel, kita bisa menemukan tempat jajanan yang enak, murah dan berkwalitas. Sekali lagi, ditempat yang elit, mesti ada masakan kelas dua . Mari kita berburu masakan kelas dua.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sama sama hitamnya, antara rawon dan kuah bugis


    Ada yang mengatakan bahwa antara rawon dan kuah bugis itu sama bumbunya. Cuma beda penampilannya. Wah, kalau menurut saya kok bumbunya beda sekali. Rawon itu lebih dekat ke soto, sedangkan kuah bugis lebih dekat ke gulai atau kare.
    Bagi anda yang belum tahu, kuah bugis itu masakan khas Sulawesi, bahkan dianggap khas Gorontalo. Namanya kuah bugis ya, kenapa kok bukan masakan khas Sulawesi Selatan?. Wah, embuh! Yang saya tahu masakan khas Sulawesi Selatan ya Coto Makasar, Konro, Es Palubutung dsb. Nah, pokoknya kuah bugis itu masakan Gorontalo gitu aja, gak usah lihat namanya. Sedangkan rawon, jelas, semua orang juga tahu bahwa itu masakan khas Jawa Timur.
    Sama sama hitamnya, namun beda asal warna hitam itu. Kuah bugis, warna hitam berasal dari kelapa parut yang disangrai sampai gosong, lalu diuleg lembut sampai keluar minyaknya. Sedang Rawon, warna hitam berasal dari bumbu keluwek dan trasi. Nah, kira kira bagaimana perbedaan bumbu keduanya?


Kuah Bugis

Bahan bahan :
 - daging kambing, potong dadu kecil kecil
- tulang kambing, iga, tulang belakang, kaki dsb.

Bumbu bumbu :
-bumbu yang diuleg : Bwang merah, bawang putih, cabe, merica, ketumbar, jinten, pala, cengkeh, kunyit.
-bumbu yang dimasukkan utuh : Daun salam, daun jeruk purut, lengkuas(dikeprek), Jahe(dikeprek), Sere(dikeprek)
-kelapa parut disangrai sampai gosong, lalu diuleg sampai keluar minyaknya.
-tomat, daun bawang dan daun kemangi iris dimasukkan belakangan
-garam dan vetsin secukupnya

Cara memasak:
-bahan bahan/ daging dan tulang tulang kambing direbus sampai empuk. Bumbu yang dimasukkan utuh sekalian bisa direbus bersama
-bumbu yang diuleg, diuleg sampai lembut, lalu di gongso sampai berbau harum, setelah itu dimasukkan kedalam rebusan daging. Masukkan juga ulegan kelapa sangrai dan masak terus sampai empuk.
-Setelah empuk, masukkan kedalam mangkok, taburi irisan daun bawang, tomat, daun kemangi dan bawang goreng. ( Ada juga kemanginya dimasak/ dimasukkan bersama bumbu)


Rawon

Bahan bahan:
-daging sapi lemusir, atau daging sapi yang ada lemaknya.
-sambal terasi,
-tauge/kecambah

Bumbu bumbu:
-bumbu yang diuleg: ketumbar, bawang merah, bawang putih, kunyit, asam jawa, terasi, keluwek
-bumbu yang dimasukkan utuh: daun salam, lengkuas, jahe dikeprek, lombok besar merah, dibuang bijinya.
-garang dan vetsin secukupnya

Cara memasak :

-daging dipotong dadu keci kecil, lalu direbus sampai empuk. Masukkan juga bumbu bumbu utuh.
-bumbu lainnya diuleg halus, lalu digongso sampai harum, lalu masukkan kedalam rebusan daging, rebus terus sampai empuk. Masukkan juga garam dan vetsin secukupnya.
-menyajikannya dilengkapi dengan sambal terasi dan tauge/kecambah, kerupuk dan telur pindang.  

Nah, begitcu kira kira perbedaan antara kuah bugis dan rawon, yang sama sama hitamnya, namun beda asalnya. Yang jelas, sama sama hueenakknya. Mak Nyoss katanya. Memang tanah air kita kaya akan aneka masakan. Mari dicoba...........

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS