Gaya hidup......penyebab pengeluaran terbesar!!!

satu

      Suatu hari aku melihat tayangan Mario Teguh Golden Way di TV. Menceritakan/ mendiskusikan tentang gaji seorang karyawan yang baru tengah bulan, atau tanggal 12 sudah abiss... Bahkan oleh bung Mario digambarkan sebagai "gaji 12 pas" atau gaji tanggal 12 pas habis. Padahal itu gaji seorang eksekutip muda yang mungkin gajinya jutaan. Usut punya usut, pengeluaran terbesar adalah untuk menjaga gengsi, gaya hidup, galamour entah apa lagi, yang jelas bukan untuk pengeluaran primer, sekunder, tapi untuk pengeluaran tersier kuarter dst.
      Lha gimana tidak habis pada tanggal 12?, lha wong abis pulang kantor tidak langsung kerumah, tapi bersama temen temennya langsung ke kafe, gym atau ke mal berbelanja dsb. Di kafe tentunya bukan hanya nongkrong, tapi ya minum minum yang tentunya bukan sekedar aqua, tapi ya minuman berkelas. Capucino, soft drink, juice dsb. Camilanpun ya temtunya bukan galundeng, combro, tempe goreng dsb, tapi  roti dari belahan dunia lain.
     Kalau suka nongkrong ke kafe, mal dsb temtunya bajunya, sepatunya ya bukan merk murahan (apalagi pake sarung ). Parfum, rokok mungkin, yahhh pokoknya biaya tinggilah. Datengnyapun juga gak pakai angkot, ojek dsb.
      Kalau tanggal 12 udah abis, ya udah pas, wong gaya hidupnya kayak gitcu...........

dua 
      Seorang staf dengan masa kerja 2 tahun, tentunya gajinya ya cukup cukup aja. Eh, ternyata sudah berani "menyekolahkan" SK pengangkatan PNSnya untuk kredit ke bank. Dan ternyata untuk membeli mobil keluaran terbaru. Nanti abis pulang kantor tentunya si mobil tidak langsung dibawa pulang, melainkan puter puter dulu dikota untuk sekedar meproklamirkan bahwa "aku punya mobil baru"
     Ini gaya hidup. Tapi sadarkan dia bahwa tidak ada orang yang kagum padanya. Alih alih kagum, malah dipergunjingkan....."baru jadi pegawai baru aja udah beli mobil, uang dari mana, nanti apa kuat nyicilnya kalau memang kreditan". "Trus nanti akan diparkir dimana, wong rumahnya ga ada garasinya"

tiga
     Ini dia ungkapan seorang menokad...."biar kalah nasi asal tidak kalah aksi". Ungkapan ini jelas menggambarkan bahwa untuk menjaga aksi, menjaga gengsi, lebih diutamakan dayipada urusan perut. Lapar gapapa asal bisa nggaya.

empat
     Dalam banyak kasus, ternyata nafsu membeli itu bukan karena kebutuhan, tapi membeli karena gengsi. Memiliki barang bermerk adalah suatu kebanggaan dan menjadi sesuatu yang penting dan mengalahkan yang lainnya. Wah, ini namanya orang sudah diperbudak oleh iklan atau pandangan orang. Pokoknya harus mempunyai barang barang branded, keluaran terbaru. Kalau sampai gak punya barang keluaran terbaru, atau kalah ama milik temen, nelongsoooo.....
     Wah, padahal yang namanya gadget itu tiap tahun mesti ada keluaran baru. Juga mobil atau barang kebutuhan lain. Kalau gengsi harus mengikuti trend keluaran terbaru, ya itu tadi! gaji berapapun tidak akan cukup. 12 pas....baru tanggal 12 udah abiiis.

lima
     Apadaya, kalau mengikuti pergaulan teman teman, nongkrong di kafe, gonta ganti gadget, gonta ganti merek kendaraan, sepatu , tas, baju, T shirt semua yang branded, akhirnya diikuti, maka diem diem ternyata makan hariannya di warteg. Pokonya ga perlu bergizi asalnya ngirit, lha uangnya buat nongkrong  di kafe atau pergaulannya lainnya.
     Apadaya, sekarang yang namanya kebutuhan primer itu bukan hanya makan, sandang dan papan, tapi bensin, pulsa dan sosial itu udah masuk kebutuhan primer. Tapi percayalah padaku! Sebenarnya gadget, mal, kafe itu bukan kebutuhan primer. Tersier atau kuarter kaleee.....
enam
     Ini belum kalau kemudian masuk dalam grup, organisasi atau pergaulan kaum sosialita yang jelas pasti akan memakan anggaran sangat tinggi. Tas branded jutaan rupiah, baju dari butik ternama, gadget, mobil dlsb.
     Kalau itu semua bisa mendukung kinerjanya, bisa tampil lebih produktif, ya gapapa. Memang ada pekerjaan yang menuntut kita agar tidak ketinggalan jaman, bisa diterima di semua pergaulan, seperti misalnya seorang konsultan, sales produk berkelas, agensi atau pengacara, tentunya untuk menjaga standing ya harus berpenampilan elegan. Namun tentunya belanja harus disesuaikan dengen penghasilan.

tujuh
     Nah, gaya hidup yang serba wah demi menjaga gengsi, atau demi pergaulan, tentunya ada konsekwensi pada kantong. Kalau seorang eksekutip dengan gaji tinggi, pergaulannya tinggi, ya sudah pas. Tapi kalau seorang staf perusahaan, apalagi seorang PNS ikjut ikutan bergaul ala selebritis atau sosialita, lha....ini yangmungkin akan mendorong penyelewangan.
     Mungkin penyelewangan bisa berupa korupsi duit perusahaan, setoran yang dimakan sendiri, bisa berupa suap menyuap, atau mungkin malah hal yang negatip lainnya. "Nyamnbi" yang berkonotasi negatp, dsb.

terussss.......
     Untuk itcu sodara sodara, ingatlah masa depan. Ukur baju badan sendiri, jangan silao, jangan ikut ikutan orang lain. Berapapun gaji anda, ya itu dicukup cukupkan. Bahkan mestinya, seberapapun gaji kita, harus ada yang disisihkan untuk ditabung dan diinvestasikan. Ingat, kebutuhan hidup bukan hanya untuk jaga gengsi, tapi untuk sekolah anak, untuk hari tua, dan siap siap, siapa tahu ada hal yang emergensi seperti berurusan dengan rumah sakit dsb. Tapi ini gak minta minta lho....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar