Fenomena Golput, siapa yang diuntungkan?

     Jumlah golput, atau pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya dalam pemilihan umum, baik pemilu kepala daerah maupun pemilu legislatif, semakin hari semakin meningkat saja. Kalau 5 - 10 tahun yang lalu masih sekitar 10 - 20 %, maka saat ini, akhir akhir ini, jumlahnya sudah mendekati 50%, bahkan dibeberapa daerah ada pemilukada yang tingkat keikut sertaan pemilih dibawah 50%. Keadaan ini mesti ada sebabnya, dan menjadi keprihatinan bersama, kenapa ini terjadi?
     Namun fenomena golput ini ada yang diuntungkan. Siapa? Kenapa diuntungkan?. Lha, ya yang dihitung hanya suara yang sah, otomatis, partai atau calon kepala daerah yang bisa menggalang masa yang fanatik, yang solid, yang taklid membuta, itulah yang diuntungkan.

Masa mengambang
     Masa mengambang/ floating mass, digambarkan sebagai orang/ masa yang tidak punya pilihan partai, tidak berpartai, jadi orang bebas. Mereka baru akan menentukan pilihan menjelang coblosan, atas dasar pertimbangan mereka sendiri. Ada yang karena kenal, sama sama satu daerah, seagama, pokoknya yang primordial primordial gitulah. Jarang yang memilih karena kwalitas individu, atau mainset orangnya, atau garis partai yang seide.
     Masa mengambang inilah yang berpotensi menjadi golput. Tatkala tidak ada pilihan, tidak ada partai yang cocok dengan mainsetnya. Tatkala para calon kepala daerah dianggap tidak ada yang cocok, atau bacaleg yang dianggap gak mutu, track recordnya udah ketahuan jeleknya, maka tidak ada pilihan lain kecuali golput.
 
Masa yang fanatik pada pilihannya
     Namun ada juga masa yang sangat fanatik terhadap pilihannya. Partai ini, partai itu atau bacaleg ini, calon kepala daerah yang itu dsb. Sekali lagi, kefanatikan tetrhadap satu pilihan, partai, orang atau calon lainnya, lebih didasari karena sentimen daerah, suku, agama dsb. Lagi lagi ikatan primordial yang dikedepankan.
      Masa yang seperti ini, tidak akan peduli apabila ketahuan bahwa idolanya ternyata mempunyai track record yang jelek, belangnya kelihatan, atau terungkap bahwa partai ini mencari dana partai dengan cara kongkalingkong ngadali APBN. Pokoknya membuta tulilah. Partaiku, atau orang pilihanku adalah is the best.
     Nah, partai partai atau bacaleg atau balon kepala daerah yang bisa menggalang masa yang fanatik seperti inilah yang akan diuntungkan manakala fenomena golput semakin mem besar. Masa seperti ini so pasti akan mencoblos pilihannya, tanpa peduli bagaimana mutu pilihannya. Semakin besar masa seperti ini, makin besar pula keuntungan partai atau orang/ bacaleg dan balon kepala daerah.
 
Perbaiki mental dan moral bacaleg, balon kada
      Sayangnya, orang yang bisa menggalang pengikut fanatik seperti ini rata rata kok ya orang dengan kompetensi, kwalitas dan kredibilitas yang rendah. Seorang mantan preman yang mempunyai masa yang banyak, lalu menjadi ketua satgas satu partai, lalu menjadi bacaleg, wah orang yang seperti ini justru mempunyai masa/ pemilih yang banyak. Jika fenomena golput membesar, bisa bisa orang semacam ini justru yang akan menjadi calon jadi. Bayangkan, bila yang dihitung hanya suara sah, padahal suara tidak sah dan golput buaanyak sekali, sedang si bacaleg seperti ini punya masa pengikut fanatik yang berjumlah ratusan aja, bisa bisa malah jadi.
      Oleh karena itu partai harus jeli, mengkader, menetapkan persyaratan moral yang tinggi pada calon calonnya. Bacaleg, balon kepala daerah, harus benul benul orang yang bersih mental moral, punya track record yang baik dan jangan hanya mengejar suara/ mengejar kemenangan. Jangan kayak diluar negeri, dimana ada seorang mantan pelacur, mantan penari striptis bisa menjadi anggota parlemen. Apalagi mantan bandit, mantan mafia.

Usulan yang ngaya wara
     Ini usulan yang ngaya wara, diawang awang. Bagaimana kalau golput itu juga dihitung?. Ini semata mata untuk memberi tekanan moral kepada para bacaleg dan balon kepala daerah. Misalnya jumlah anggota DPR RI itu 560 orang, sedang dalam pemilu legislatif yang menggunakan hak pilih 50% dan suaran yang sah hanya 50%, maka ya jumlah kursinya hanya 50% aja, jadi cuma 280 orang doang. Biar para politikus politikus itu pada nyahoo, bahwa mereka sebenarnya sudah tidak disenangi oleh rakyat.
     Dengan dihitungnya suara golput dan menentukan prosentase kursi nanti, diharapkan partai partai itu kalau memilih bacaleg ya yang mutu, kompeten, dan bisa diterima oleh rakyat. Dan nanti kalau sudah duduk dikursi yang terhormat, ya juga harus menjaga kehormatan, nama baik, betul betul bekerja untuk rakyat. Tidak cuma absen terus ngilang, tapi kalau ada kunker rajinnya bukan main.

So, sekali lagi ini usulan yang ngaya wara, sekedar pesan moral kepada para politikus....... 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

kikils mengatakan...

jika 50% yang golput, siapa yang bodoh? rakyatnya atau pemerintahnya?

wisnumgl center mengatakan...

hahaha....yang bodoh politikusnya......trims komennya

Posting Komentar