Hobi kuliner? Jangan lihat dapurnya


     Ada seorang teman saya yang hobi kuliner, tapi tiba tiba menghentikan hobinya. Dia sekarang lebih suka makan dirumah. Ini gara gara dia secara tidak sengaja melihat dapur dari salah satu warung makan kaki lima yang terkenal. Begitu melihat dapurnya, melihat cara memasaknya dan tempat cucian piring, langsung hoek hoekk....dan hi;lang selera untuk makan ditempat warung makan langganannya. 
     Seorang teman lain memberi nasehat, kalau ingin makan di warung makan, kaki lima atau rumah makan yang gak bonafit, kuncinya adalah jangan pernah melihat dapurnya, cara memasak dan cara mencuci piring. Lihat saja apa yang telah terhidang diatas meja dan jangan pikirkan macem macem. Nanti jadi gak selera makan. Lho, memangnya kenapa dengan dapur, cara masak dan tempat cuci piring kuliner kuliner itu?.
     Ya, apa boleh buat, warung makan, kaki lima dan tempat kuliner lainnya, sedikit sekali yang peduli dengan kebersihan, kesehatan, pokoknya higiene dari yang disajikan. Mungkin dengan dalih kepraktisan, kecepatan dan pengiritan, mereka dalam memasak menabrak semua kaidah higiene masakan. Makanya, ya itu tadi, lihat saja apa yang terhidang diatas meja, jangan pikirkan prosesnya. Lho, kok ? Lha nanti kalau jadi korban gimana?
     Jadi korban? Mungkin kita masih ingat suatu saat dulu pernah terjadi wabah sakit perut atau malah hepatitis yang terjadi di Jogja. Selidik punya selidik, ternyata penyebabnya adalah rata rata mahasiswa yang jajan/ makan diluar. Warung makan sepanjang jalan X, ternyata sama sekali tidak memperhatikan kaidah kebersihan. Makanya terjadi wabah diare dan hepatitis dikalangan mahasiswa.

Kebersihan
     Teman yang saya sebut diatas tadi, kebetulan pernah melihat proses memasak sebuah warung makan terkenal yang menyajikan masakan dari pulau seberang. Yang pertama, daun singkong, begitu datang dengan diangkut bak terbuka, langsung dilempar lempar kelantai/tanah. Kemudian dipetiki gagangnya, dan daunnya langsung direbus. Tanpa dicuci dulu!!. Direbus dengan penambahan soda biar cepat empuk. Lalu dientas dan ditiriskan. Selama ditiriskan lalu disiram dengan minyak jelantah sisa penggorengan. Biar tambah gurih. Aduk  aduk hingga rata.
     Membuat rendang, menggoreng ikan, daging ayam dsb? Semua bahan tadi begitu datang dari pasar, lalu diiris iris seuai besar yang diinginkan, dalam satu tempat yang jangan tanya kebersihannya, lalu tanpa dicuci lagi, langsung dimasak atau digoreng. Kalau harus memcuci dulu, ngabis ngabisin air dan kelamaan katanya.
     Demikian, mulai dari datangnya bahan baku dari pasar, proses memasak sampai siap dijual, maka kebersihan adalah nomor empat belas.

Proses memasak
    Untung saja warung makan seperti ini lebih banyak membeli bumbu giling dari pasar. Tinggal mencampur seuai kebutuhan. Namun yang harus diracik sendiri, diuleg sendiri, wah wah, lagi lagi sangat menabaikan kebersihan
     JUga bahan bahan yang akan dimasak, seperti tadi saya katakan, ikan ya langsung dimasak, tanpa dicuci. Daging ayam, masih banyak kotoran, banyak darah, langsung aja dicemplungkan kewajan. Mungkin mereka berpendapat, toh dengan pemanasan semua bakterti akan mati. Tapi bagi yang kebetulan tahu/ melihat cara masaknya. pasti yang akan doyan.

Cucian piring
     Ini lebih lagi. Cucian piring itu hanya terdiri dari dua ember. Ember yang pertama untuk membersihklan dan menyabun, lalu ember yang kedua untuk membilas. Jangan tanya warna air dari ember yang pertama. Coklat, campur minyak, sambel dan sisa makanan lainnya. Ember kedua lumayan agak bersih. Sehabis dari ember kedua, ditiriskan lalu dilap. Kain Lap? Juga jangan tanya warnanya.
     Barangkali ini penyebab bila dulu pernah terjadi wabah diare dan hepatitis, penyebabnya ya dari proses opencucian piring ini, yang tidak bersih bersih amat.

Untung banyak yang sadar
     Ya, untung banyak yang sadar akan arti higiene masakan. Untuk menyakinkan pembeli, sekarang banyak rumah makan yang memperlihatkan dapurnya. Memperlihatkan proses memasaknya. Semua bahan baku, sayuran, ikan, daging, bumbu dsb, dicuci bersih, lalu ditempatkan dalam wadah, kaca dsb yang bisa dilihat oleh pembeli. Lalu proses masaknya juga pembeli dapat melihat, sehingga tidak ada keragu raguan dihati para pembeli.

Peran dinas terkait
     Mestinya dinas terkait yang menangani pembinaan warung makan, rumah makan dan tempat kuliner lainnya tidak henti hentinya membina, mengawasi dan memberi sangsi kepada mereka yang tidak mempedilikan cara cara memasak yang baik dan higienis.
      Jangan sampai pelanggan dirugikan karena mreka hanya ingin untung, praktis dan cepat tapi ameninggalkan cara cara memasak yang baik

Nah, mari mkita para penikmat kuliner juga memberi tekanan moral kepada para pemilik warung makan, agar mereka juga memperhatikan kepentingan kita. Jangan sampai ada lagi pelanggan yang kapok gak mau jajan gara gara melihat dapurnya. Jangan sampai ada lagi pelanggan yang makan sambil berucap  yang penting apa yang terhidang dimeja ini, jangan pikirkan dapurnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Anonim mengatakan...

iya saya hobi kuliner.. pasti yang diliat Masakan dan terutama yang dinikmatin rasanya :D.. karena RASA adalah segalanya.. hhe
btw, ada info menarik nih yang lagi booming bulan2 ini.. apa itu? qraved.com. di web ini kamu bisa menshare masakan or minuman favorit kamu. selamat mencoba.

Posting Komentar