Orang miskin itu ternyata justru berperilaku boros....

     Pepatah dulu mngatakan rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya....Ini masih berlaku sampai sekarang ya?. Apa malah lingkaran setan? Orang yang berperilaku boros, kebanyakan justru orang orang miskin. Tapi mestinya bukan karena boros terus jatuh miskin. Juga bukan karena ngirit, pelit, hemat terus jadi kaya raya.....Tapi ya itu tadi, lingkaran setan antara kemiskinan dan perilaku boros.
     Saya pernah mempunyai seorang pembantu rumah tangga, dari kalangan kaum miskin. Tentu saja, kalau orang kaya gak mau jadi pembantu. Begitu ada pembantu, deterjen yang biasanya sekilo cukup untuk sebulan lebih, kini hanya cukup untuk sepuluh hari. Rekening air, rekening listrik melonjak cukup tinggi. Kalau makan sih, biasa biasa saja. Ini semua karena kebiasaan sehari hari si pembantu yang memang berperilaku boros itu.

Kebiasaan harian
     Sekali lagi, ini tergantung kebiasaan hidup mereka sehari hari ditempat asalnya. Misalnya saja, mereka terbiasa mandi di kali atau disumur. Sewaktu mereka udah dikota, misalnya waktu mencuci, air harus tetap mengalir. Makanya setiap mereka mencuci pakaian, mencuci piring, kran itu selalu ngocor terus. Selama mencuci, ya air kran terbuang terus. Ini sudah gak bisa dirubah. Pokonya mereka mengatakan, tidak bisa bekerja kalau tidak mendengar air mengalir. wah wah....
     Demikian juga  memasak, mungkin karena kebiasaan didesa yang menggunakan kayu bakar yang bisa dicari di kebun belakang, api itu harus selalu menyala. Tatkala mereka menggunakan kompor gas misalnya, ya biar menyala dulu baru nanti air dijerang.
     Masih banyak kebiasaan didesa yang mengandalkan kemurahan alam, tidak membayar/membeli, yang dibawa kekota. Padahal dikota apa apa serba membeli

Tidak dapat memperkirakan kebutuhan
     Hampir tiap hari kami selalu membuang nasi basi, sayur basi dsb. Ini juga berawal dari kebiasaan mereka. Cobalah sekali waktu berjalan jalan keluar masuk perkampungan kumuh, perkampungan miskin. Lihatlah apa isi dari tempat sampahnya.Ya, itu tadi, mulai dari nasi basi, sayur basi, makanan 
yang tidak habis dimakan
     Dulu saya juga pernah mempunyai pembantu. Setiap pagi, termos nasi selalu penuh nasi( dulu belum ada magic jar), tapi sore harinya , ternyata termos nasinya sudah berganti dengan nasi baru. Semula saya tidak mikir, paling paling sudah habis dimakan. E, tahunya suatu saat saya tahu bahwa ternyata setiap siang, ia membuang  nasi pagi hari dan mengganti dengan nasi baru. Llu aku nasehati bahwa membuang nasi itu termasuk menyia nyiakan rejeki Allah. Kita harus bisa mengukur kebutuhan kita berapa. Kalau hari hari ini menanak nasi tiga takar tidak habis, ya besok pagi menanak nasi dua takar saja. Begitu seterusnya, sehingga pas dan tidak ada nasi yang terbuang.
    Juga dalam hal menggunakan deterjen, menggunakan air dsb, selalu banyak sekali yang terbuang. Pelan pelan saya arahkan agar kalau bekerja itu diupayakan tidak ada barang yang terbuang. Kalau mencuci seember, itu kira kira butuh deterjen berapa, harus tahu sehingga tidak banyak deterjen yang terbuang. Masak mencuci seember saja deterjennya empat sendok takar?

Kebiasaan jajan
    Nah, ini dia! Orang miskin itu dalam hal jajan ternyata sangat sangat boros. Terutama anak anaknya. Setiap ada penjual jajanan lewat, selalu minta dibelikan. Dan sayangnya, jajanan kelas rendah. Bakso aci, kojek, mie ayam, aneka jajanan anak anak, yang dikawatirkan banyak mengandung borax, rhodamin dan bahan pengawet lainnya.
     Buruh burh kecil, tukang ojek, bakul sayur kelilingan, sebagian besar penghasilannya habis untuk makan dan memberi uang saku anak sekolah. Anak anak dari klaangan ini emang punya kebiasaan jajan. Dan sekali lagi, yang dibeli aneka jajanan yang gak mutu, kelasd rendah, sedikit gizi dan banyak bahan pengawet.
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar