BLUSUKAN......satu kata yang mendadak tenar

     Gara gara pak Jokowi gubernur DKI yang suka keluar masuk kampung, maka kata "blusukan" memndadak menjadi kata yang hampir tiap hari diucapkan oleh para presenter, pembawa acara TV dan media lainnya. Sebenarnya apa arti blusukan yang sebenarnya?. Wah, aku gak punya kamus yang bisa menerangkan. Namun dari kebiasaan orang jawa, kata blusukan digunakan untuk kegiatan yang suka keluar masuk kampung, gang gang kecil dan sudut kota lainnya. Termasuk pasar tradisional, pemukiman kumuh, lokalisasi dan tempat tempat lainnya.
     Bagi para pejabat, blusukan digunakan untuk mengetahui kondisi lapangan yang sebenarnya hingga bila terjadi masalah, bisa mencari solusi dan memberi keputusan yang tepat. Bukan hanya membuat keputusan dari belakang meja tanpa tahu kondisi lapangan.
     Blusukan juga digunakan oleh pejabat, birokrat maupun politikus untuk tebar pesona, mendekati konstituen dan menyiapkan langkah untuk, misalnya biar bisa terpilih lagi, menggalang simpati dsb dsb.
     Namun ada juga yang menanggapi sinis, apakan perlu seorang pejabat tinggi blusukan ke kampung kampung? Pemimpin itu decision makers, tukang ambil keputusan. Blusukan mestinya dilakukan oleh stafnya, kepala dinasnya, lalu memberi laporan kepada atasan dengan berbagai alternatip pemecahan masalah, lalu pimpinanlah yang memutuskan langkah mana yang akan diambil.
     Nah, kalau anda anda bagaimana memandang blusukan ini?

Blusukannya staf
     Kalau staf blusukan ya sudah pasti, sudah biasa dan sudah semestinya begitu. Staf harus menguasai lapangan, mengetahui secara mendetail wilayah tugasnya, lalu kalau ada masalah ya cepat selesaikan. Kalau gak bisa menyelesaikan segera lapor ke atasan untuk dicarikan solusi. Kalau ada kejadian luar biasa segera ditangani darurat sambil laporan keatasan dsb dsb.
     Blusukannya staf adalah sesuatu yang wajar. Kalau staf tidak tahu lapngan, baru itu kurang ajar. Demikian juga staf blusukan untuk menarik retribusi, mengambil data dsb, adalah sesuatu yang memang harus dikerjakan. Staf memang orang lapangan dan lebih banyak tugas fisiknya, sedikit tugas managerialnya.

Blusukannya kepala satuan tugas
     Para kepala satuan tugas, kepala dinas, kepala kantor dan kepala SKPD lainnya, blusukan harus juga dilakukan, untuk mengetahui wilayah tugasnya, permasalahan lapangan dan membandingkan apa yang ada diatas kertas dan apa yang ada di lapangan.
     Dari apa yang ada di lapngan, nantinya pimpinan bisa merencakan suatu langkah kegiatan, bisa membuat keputusan bila ada masalah dan bisa membuat laporan keatasan manakala permaslahan di lapangan memerlukan keputusan yang lebih luas/ lebih tinggi.
     Blusukannya para kepala SKPD ini juga menjaga agar pimpinan itu tidak mudah diapusi oleh bawahan. Banyak bawahan yang bermental ABS yang suka membuat laporan yang baik baik saja.

Blusukannya Para pejabat
     Nah, inilah pak SBY, atau pak Jokowi yang suka melakukannya. Jangan beranggapan siapa meniru siapa, namun para pejabat itu sudah sejak dulu suka melakukannya. Mulai dari bupati, walikota, gebernur, menteri sampai presiden banyak yang melakukan aktifitas blusukan ini. Raja raja dulu juga melakukan, kalau dulu istilahnya njajah deso milang kori, manjing ajur ajer karo kawulo cilik. 
     Kalau para pejabat itu mau memaksimalkan peran bawahannya, para kepala dinas misalnya, mestinya sebelum blusukan, beliau2 ini mestinya mennerima masukan dari bawahannya. Kepala dinas PU misalnya, telah membuat laporan apa yang sudah dilakukan selama ini, permaslahannya apa, apa solusinya, apa alternatifnya. Baru dengan data itu pejabat blusukan kelapngan melihat situasi, dn atas dasar lapangan itu, pejabat mengambil keputusan. Lha kalau belum ada masukan dari kepala dinasnya, lalu kelapangan, lalu mengambil keputusan sendiri, bisa bisa keputusan itu menjadi bias. Sang kepala dinaspun akan berkata...."lha aku dikemanaiiinn..."
     Memang kadang diperlukan juga suatu shock terapi buat para kepala SKPD, pejabat langsung ke lapangan melihat kondisi lapngan, apa yang telah dilakukan oleh para kepala SKPD, staf dsb, supaya para staf itu tidaknya hanya dikantor doang, tapi harus mengausasi lapangan.
     Juga apabila ada masalah yang tidak kunjung selesai, berlete lete, maka pejabat langsung blusukan dan tembak langsung membuat keputusan agar permasalahan cepat selesai.

Blusukan dengan maksud lainnya
     Ini yang paling sering dilakukan sekarang. Tebar pesona para pejabat. dengan maksud lainnya seperti yang saya katakan didepan tadi.
     Menjelang lebaran, biasanya menteri menteri vbahkan presiden, gubernur, bupati, walikota, rajin blusukan ke pasar pasar, memantau harga dan persediaan pangan. Meskipun mekanisme pasar sudah ada, SKPD yang ngurusi harga harga, distribusi bahan pangan juga sudah bekerja, tapi para pejabat masih merasa perlu keluar masuk pasar. Gak tahu apa menteri itu harus tahu juga pergerakan harga telur, cabe, trasi dsb.
    Ada juga seorang bupati yang terkenal suka blusukan ke desa desa. Lalu setiap ada acara atau kejadian didesa, misalnya ada kondangan, ada kematian dsb, sang bupati mesti turun, lalu datang, memberi sumbangan, bla bla dsb. Kalau kebetulan ketemu sama kerumunan orang lagi kerja bakti misalnya, beliau turun dan memberikan uang untuk beli jajan.
     Yang jelas nanti menjelang pemilu, maka acara blusukan para pejabat ini pasti kian gencar dilakukan. Nah yang ini kita semua pasti tahu maksudnya. Gak usah dikritik, gak usah dikomentari, kalau kita jadi mereka, kitapun pasti akan melakukan hal yang sama.

Kembalilah ke khittah blusukan
     Blusukan harus dikembalikan kepada khittah, kepada maksud sesungguhnya dari blusukan itu. Njajah deso milang kori, manjing ajur ajer karo kawulo cilik yang dilakukan para raja jaman dulu telah terbukti memperkuat peran kerajaan, membuat rakyat makin mencintai rakyatnya, Lha kalau sekarang, blusukan para pejabat juga harus dikembalikan kepada maksud sebenarnya dari blusukan itu. jangan hanya tebar pesona, kegiatan yang tidak ada artinya, tidak mengambil solusi, tidak mengambil keputusan pasca blusukan, bahkan akan membuat rakyat semakin tidak senang dsb dsb.
    Sebagai contoh, saya dulu pernah blusukan kepasar hewan. Yang pertama maksudnya melihat aktifitas staf pasar hewan. Lalu melihat kondisi pasar, apa perlu perbaikan, tambah fasilitas dsb. Lalu melihat tehnis kesehatan hewan, kondisi hewan, stok hewan dan juga untuk menjaga hubungan baik dengan para pedagang hewan/ blantik dsb. Eh, gak tahunya dibelkangku ada yang nyeletuk..." Sampeyan pak, cuma jalan jalan gini dapet gaji...".
     Yang penting blusukan harus ada manfaatnya bagi masyarakat. Jangan hanya disuguhi dengan rombongan besar para pejabat dan para pengikutnya. Motret ini itu, wawancara ini itu, masuk tivi, koran dsb, tapi gak ada solusinya
    Oleh karena itcu...........blusukan para pejabat memang ada gunanya, ada maksudnya, tapi kembalilah ke khittah, maksud sebenarnya dari blusukan itu. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar