Perilaku politikus, apa perlu dimaklumi???

     Ya....dimaklumi aja. Tapi untuk saat ini. Soalnya mereka lagi diatas angin. Tapi untuk masa yad, demi negara kita yang adil makmur, bersih dari korupsi, maka perilaku politikus ya harus diperbaiki, kalau perlu disikat aja...... Sudah banyak analisa di tv dan media lainnya tentang perilaku para politikus di negara kita. Sudah banyak pula yang ketangkep basah. Terima suap, mengatur proyek, minta bagian proyek, pengaturan anggaran dsb dsb, yang intinya politikus itu tidk bersih, malah memberi contoh yang tidak baik.
     Yang resmi pun sebenarnya politikus yang duduk di dewan yang terhormat atau politikus yang terpilih lalu menduduki jabatan publik, sudah sangat besar gajinya. Namun mereka tetap kurang sehingga muncullah anggaran yang membengkak. Sebutlah anggaran perjalanan dinas, anggaran sewa rumah dinas, anggaran konsultasi publik dsb dsb yang intinya bagaimana caranya agar apa yang mereka terima semakin besar.
     Yang tidak resmi ya itu tadi. Ada comitment fee, ada THR pada waktu lebaran, ada yang minta bagian proyek, pengaturan penyusunan anggaran, wah pokoknya modus operandinya buanyak banget.
     Yang ketangkep basah, yang diusut, yang dalam penyidikan, semua itu tidak membuat jera, pokonya kalau belum ketangkep mereka akan terus berbuat. Bahkan nilai nilai agamapun tidak membuat mereka takut, dosa ataupun balasan nanti diakhirat , nyatanya politikus dari partai yang berbasis agamapun juga punya perilaku yang begitu.

Biaya politik itu tinggi
     Banyak yang bilang, bahwa biaya politik itu tinggi. Katakanlah untuk menjadi caleg saja, baik caleg kab/kota, caleg propinsi maupun caleg pusat, biayanya sangat tinggi. Pertama untuk parpol yang mengusung, lalu untuk biaya kampanye, lalu untuk konstituen/ rakyat yang memilih, semua memerlukan biaya .
     Lha, sesudah mereka terpilih dan duduk di lembaga legislatif, maka upaya untuk mencari pengembalian tentu saja harus dilakukan. Dari gaji resmi sebagai anggota lembaga yang terhormat, mungkin dirasa tidak cukup untuk mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan. Maka harus ada pemasukan dari sumber lain. Ya, itu tadi, akhirnya mereka mencari jalan yang tidak jarang harus menabrak aturan. Dan akhirnya kalau berurusan dengan hukum, ya itulah konsekwensi.
     Dalam waktu yang berjalan, merekapun harus ngopeni partai tempat mereka bergabung. Atau dapat dikatakan biaya partai, sebagian mereka yang menanggung.

Sebagai pekerjaan
     Menjelang pemilu 2009 yl, saya tertawa tatkala melihat running tex di TV, yang menyebutkan bahwa ribuan caleg dari seluruh nusantara ini adalah penganggur. Mereka adalah angkatan kerja, lulusan perguruan tinggi, atau yang di PHK perusahaan, dsb yang lagi menganggur, tidak punya pekerjaan. Nah, parpol membuka kesempatan untuk menjadi caleg, dianggap sebagai lowongan kerja dan kesempatan kerja, daripada tidak ada pekerjaan.
     Lalu dipemberitaan lain juga menyebutkan, bahwa ada seorang anggota dewan yang terhormat, mengundurkan diri dari dewan karena sudah diterima sebagai CPNS. Jadi jelas bahwa motivasi mereka menjadi politikus ini ya mencari pekerjaan, mencari gaji, mencari uang.
     Jadi kalau mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mendapat penghasilan yang lebih tinggi, lebih tinggi, ya dimaklumi saja. Perkara tugas poko sebagai anggota dewan yang terhormat itu apa, kan bisa dipelajari. Namun akibatnya yang itu tadi, mereka bekerja itu karena mencari pekerjaan yang mendatangkan gaji untuk keluarganya, daripada nganggur. Tidak punya filosofi sebagai wakil rakyat.
Berubahnya sikap dan cara hidup
     Nah, sesudah duduk menjadi anggota dewan yang terhormat, sebagai politikus, entah lokal, regional maupun nasional, mereka harus menjadi penampilan, menjadi standing. Masak sebagai anggota dewan yang terhormat kok penampilannya nglomprot. Maka berubahlah cara dan gaya hidup. Pakaian bagus, sepatu bagus, minyak wangi, tempat tinggal juga harus berubah, buka didalam gang sempit, tapi harus punya rumah yang setidaknya mencerminkan statusnya sebagai anggota dewan yang terhormat. Juga kendaraan, mobil dsb harus punya. Maka jangan heran kalau seseorang yang menjadi politikus segera menurunkan kredit di bank. Nyicil rumah, nyicil mobil dsb. Lha cicilan ke bank itulah yang harus dicari tanpa harus mengurangi anggaran lainnya.
     Perubahan gaya hidup ini tidak jarang juga kearah yang negatip. Maka sering ada pemberitaan di TV, koran dsb, seorang anggota dewan yang terhormat, seorang pejabat publik, kawin lagi, nikah siri, atau tertangkap sedang pesta narkoba, pesta seks dsb
    Banyak masyarakat yang lalu komentar...."wah, ora kuat derajat"....pada dasarnya orang biasa, tiba tiba menduduki jabatan publik, menjadi anggota yang terhormat, lalu lupa daratan.
 
Memelihara konstituen
     Masyarakat, para pemilihpun sekarang sudah cerdas. Para anggota dewan yang terhormat bisa duduk dikursi empuknya kan karena pilihan atau suara masyarakat/pemilih. Maka merekapun minta balas jasa. Maka tidak heran kalau ada seorang anggota dewan yang terhormat mengeluh bahwa sebentar sebentar menerima tamu yang intinya minta bantuan untuk anaknya yang sakit, minta bantuan modal, minta bantuan anak sekolah dsb. Kalau nggak dituruti, maka pada pemilu yad sudah tidak akan memilih dia lagi. Maka biaya untuk memelihara konstituen juga tinggi
     Namun para anggota dewan yang terhormat juga tidak kalah akal. Mereka minta supaya juga mendapat hak untuk menyusun anggaran. Maka jadilah anggaran seperti Bantuan langsung tunai, aspirasi warga, dsb dsb itu sebenarnya anggaran untuk memelihara konstituennya.

Persiapan lima tahun mendatang
     Merasakan enaknya menjadi politikus dan anggota dewan yang terhormat, maka sudah selayaknya mereka berusaha untuk mempertahankan kedudukannya itu. Maka pemilu 5 tahun mendatang haruslah terpilih lagi. Maka usaha usaha kearah itu hruslah dipersiapkan jauh hari.
     Jadilah kegiatan tebar pesona, turun ke lapangan dimasa libur, menjumpai konstituen, menjalin jaringan pemenangan, menjadi agenda yang harus dilaksanakan demi terpilih lagi masa bakti berikutnya. Sudah barang tentu ini juga memerlukan biaya yang tidak kecil. Lha dari mana sumbernya? Tanyalah pada rumput yang bergoyang

Lho, katanya untuk mengabdi nusa bangsa....... 
     Lha iya...katanya menjadi politikus, menjadi wakil rakyat itu demi mengabdi pada nusa dan bangsa, memperbaiki kondisi masyarakat, memajukan daerah bla bla dsb. Lha kok kenyataannya banyak yang ketangkep basah terima suap, ketangkep basah mengatur anggaran, minta jatah dsb.
     Kalau banyak pejabat publik, anggota dewan yang terhormat, kerjanya cuma seperti yang tersebut diatas, lha kapan kerja beneran untuk mikir negara?
     Saya yakin sebenarnya masih banyak wakil kita yang berhati bersih, yang benul benul ingin mengabdi pada nusa bangsa, memperbaiki kondisi bangsa, menuju bangsa yang jaya, disegani ditingkat inter nasional, tidak kalah dengan bangsa lainnya. Tapi kalau suara merekia kalah dengan yang jelek jelek, apakah ini bisa diperibahasakan sebab nila segalon, rusak susu sebelanga?.....

Melihat, mendengar ontran ontran yang setiap hari tersaji dan terpampang di TV dan media lainnya, ditambah lagi rumor rumor yang beredar di masyarakat tentang tingkah laku para politikus, maka sudah sewajarnya kita introspeksi bersama, bahwa politikus itu nmestinya tidak begitu. Banyak pekerjaan yang menanti mereka. Rakyat banyak berharap pada mereka. Lha kalau kerjanya justru malah memperparah keadaan, apa perlu tobat nasional........??????

Wahai politikus, dipundakmulah kami harapkan adanya perubahan kearah yang lebih baik dari kondisi negara ini. Dipundakmulah kami harapkan adanya komitmen politik yang akan mengantar bangsa ini menuju kejayaannya. Jangan nodai kepercayaan kami dengan tingkah lakumu yang justru menyakiti hati kami. Kedepan, kami tidak mau lagi mendengar kalian tertangkap basah menerima suap. Tidak mau lagi mendengar kalian tertangkap basah pesta narkoba, pesta seks dan perbuatan negatip lainnya.

Uang negara adalah uang kami. Dengan komitmen politikmulah sebenarnya kami mengharapkan kearah mana uang negara itu dibelanjakan demi kesejahteraan rakyat, kemajuan bangsa dan kejayaan negeri kami. Bukan malah dipakai bancaan gak keruan..........
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar