Razia Menjelang dan Selama Ramadhan, perlukah?.........

     Udah menjadi kebiasaan dan kelumrahan, bahwa menjelang dan selama Ramadhan pemberitaan koran dan tv banyak menyoroti razia yang dilakukan oleh pemerintah/ satpol pp, polisi dan aparat lainnya. Yang dirazia umunya adalah minuman keras, narkoba dan esek esek. Ini dilakukan agar umat Islam yang akan dan sedang menyalankan ibadah puasa ramadhan dapat khusyuk tanpa diganggu oleh minuman keras, narkoba dan esek esek. Lho, memangnya mereka itu mengganggu, menggoda? Ya jangan tergoda dong!! Kalau niat kalian kuat, mbok ya disekitarmu ada begituan temtunya gak akan tergoda.
    Tapi yang tragis lagi juga termasuk razia makanan, rumah makan dan sebagainya. Kenapa mereka mesti juga dirazia? Kan banyak umat Islam yang sdang musafir, halangan dsb yang juga memerlukan makan. Yang non muslim juga mesti difasilitasi makannya. Lha kok juga dirazia itu rumah makan.
     Jadi, mestinya, razia razia semacam itcu perlu gak sihhhh???

Razia Narkoba 
     Lha, kalau yang ini mestinya memang terus menerus dilakukan karena memang merusak generasi muda, generasi tua dan generasi yang akan datang. Narkoba memang harus diperangi. Perkara lebih digiatkan menjelang ramadhan, ya itu kebijakan para penegak hukum. Monggo aja.

Razia Minuman keras
     Salah sendiri umat Islam, wong tahu kalau barang itu diharamkan oleh agama kok ya masih tetap minum juga. Minuman keras itu biang segala kejahatan. Banyak tawuran, perkelahian, pencurian, perkosaan dan tindak kejahatan lainnya yang berawal dari minum barang yang satu ini. Jadi kalau ini dirazia ya udah pas juga.
     Tapi sekali lagi, bila iman seorang Islam kuat, mestinya mbok dikiri kanannya ada barang ini, mereka takkan tergoda.
     Dan dikalangan umat lain, orang barat dsb, barang ini tidak haram, bahkan mungkin menjadi keseharian mereka. Trus gimana menfasilitasi mereka?

Razia Pelacuran
     Sekali lagi ini masalah moral dan kekuatan iman seseorang. Pada satu reportase TV, ada seorang wartawan yang menongkrongi satu hotel yang biasa digunakan short time untuk esek esek gituan. Pada bulan ramadhan, ternyata tamu yang masuk short time untuk kepentingan syahwatnya, hanya berkurang sedikit atau tidsak signifikan. Jadi selama bulan ramadhan, kegiatan kayak gitu ya tetap jalan, meskipun ada razia, banyak jalan mengakalinya.
     Memang perlacur jalanan perlu dirazia, warung remang remang dsb. Tapi bisnis kayak gitu yang berupa jaringan?, wah susah merazia. Lagi pula konsumennya tetap ada. Entah kaum muslim atau kaum lain, yang jelas mereka tetap dicari.

Razia makanan
     Wah, kalu yang ini saya gak setuju!!. Suatu saat saya jalan jalan ditrotoar, tyiba tiba datang serombongan satpol pp, lalu masuk kerumah makan, warung dsb, yang intinya meminta mereka buka satu pintu saja, biar gak nyolok. Makanan, masakan yang dipajang juga harus ditutup agar tidak menggoda umat Islam yang lagi lagi puasa.
     Lebih tragis lagi kalau razia makanan olah yang udah matang. Ada pedagang lauk pauk yang diangkat dagangannya oleh aparat karena dianggap menggoda selera. Wah lha mereka kan berdalih banyak umat Islam yang beli lauk matang, gak mau repot masak. Lha kalau lauk matang aja dirazia terus gimana?
     Namun pernahkah anda masuk pasar? Rasanya suasana ramadhan gak terasa disini. Makan minum, jajan , biasa aja. Jadi yang dirazia itu cuma dijalan protokol aja, biar tampak suasananya religi gitu.

Terus, baiknya bagemanaaa...
    Minuman keras ya tetap jalan, terutama dikalangan yang tidak punya hukum haram. Kalau umat Islam mengkonsumsi, ya kebangeten namanya. Pelacuran ya tetap jalan walau sembunyi sembunyi. 
     Makanan, sebaiknya gak usah dirazia, karena ada non muslim, ada musafir, ada pekerja keras yang hanya membayar fidyah, ada keluarga muslim yang males masak lalu beli lauk matang. Wah lha kalu ini dirazia, apa perlu buka pakai indomie godog??
     Maslah pelacuran, saya teringat akan pikiran sorang ahli tatakota, yang mengatakan bahwa pelacuran, lokalisasi itu ibarat saluran got yang mengalirkan air comberan. Kalau gotnya mampet atau malah gak dibuatkan got, maka air comberan akan meluber kemana mana. Makanya konsep jaman dulu, kota itu ada lokalisasinya. Namun dijaman reformasi ini semua lokalisasi udah tutup. Lha, kalau yang diluar lokalisasi ya di sikat beneran.

Makanya ada konsep, buat aja satu kota satelit, atau pulau kosong, atau gang buntu yang disitu dikumpulkan segala macem maksiat. Ada pelacuran, ada perjudian, ada minuman keras dsb. Disini ya, semacam "dilegalkan" (dalam tanda petik lho). Yang disini jangan dirazia. Tapi yang diluar pulau maksiat, diluar kota satelit maksiat, diluar gang buntu maksiat, harus benar benar bersih, steril dan razianya gak cuma menjelang ramadhan doang......

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar