Merubah perilaku hidup bersih......syusyahhh......

     Tidak kurang pak Jokowi gubernur DKI saja dibuat geleng geleng kepala, tatkala melihat sungai sungai di Jakarta penuh sampah. Tidak tanggung tanggung, bukan hanya bungkus permen, bungkus rokok atau bungkus nasi padang, namun sampah yang bervolume besar seperti kasur, kursi jebol, kayu bekas dsb, semua masuk sungai. Dan yang terbanyak adalah styro foam dan plastik. Ini berarti semua lapisan masyarakat membuang sampah di kali. Mulai dari rumah tangga, kantor, pasar sampai perusahaan besarpun ikut buang sampah dikali.
     Bukan hanya kali!. Masyarakat ternyata dengan mudahnya membuang sampah disembarang tempat. Kalau yang namanya buang puntung rokok disembarang tempat, itu sih perkara kecil. Ya, memang pola pikir/ main set masyarakat terhadap kebersihan perlu dirubah, diarahkan agar perilaku hidup bersih ini bisa menjadi gaya hidup. Tapi mulainya dari manaaa???.
     Suatu saat saya lagi jalan jalan ditrotoar. Tiba tiba ada sebuah mobil sedan lewat. Lalu berjalan agak ketepi, dan, tiba tiba, tlepokk!! Ternyata penumpangnya membuang sampah se tas kresek besar. Dibuang begitu saja ditrotoar, dan....langsung kabur. Lain waktu saja juga melihat bungkus daun pisang yang melayang keluar dari jendela sebuah sedan halus. Ini orang orang kalangan atas kok perilakunya gini ya......
      Lalu saja berjalan lagi menyusuri trotoar dekat kali Manggis. Beriringan dengan seorang ibu tua yang baru keluar dari sebuah gang, sambil membawa sebuah karung plastik besar. Eh, sampai dipinggir kali, karungnya diturunkan dan isinya ditumpahkan ke kali. Ternyata isinya sampah rumah tangga. Masih banyak yang menganggap bahwa sungai adalah tempat sampah yang terpanjang didunia. Segala sampah, limbah, dan sisa sisa rumah tangga dibuang kesungai.
    Jalan jalan diteruskan. Dan kali ini saya lewat sebuah toko yang lagi mau dibuka. Para pelayan toko asyik menyapu membersihkan tokonya. Cuma saja, sampah yang dikumpulkan ya dibuang saja ke selokan didepan toko. Inilah yang disebut NIMBY....not in my back yard. Yang penting bukan dihalamanku. Halamanku sudah bersih, perkara tempat lain kotor, emangnya gua pikirin.....
     Disepanjang trotoar pecinan dipenuhi pedagang kaki lima/ PKL. Gak peduli caranya menggelar dagangan menganggu pandangan, merusak estetika sebuah kota, ataupun mengganggu pemilik toko dibelakngnya, yang jelas PKL ini paling susah diatur. Sebenarnya mereka sudah diarahkan, bahwa setiap PKL harus menyediakan sebuah tas kresek untuk menampung sampah yang dihasilkan. Lalu nanti kalau kegiatan berdagang sudah tutup, tas kresek itu bisa dibuang ke tempat sampah yang sudah disediakan. Tapi prakteknya bagaimana?. Seorang ibu pedagang PKL yang habis sarapan nasi bungkus, bungkusnya ya langsung dilempar saja ke pot bunga yang berderet sepanjang trotoar itu. Jangan heran kalau pot bunga itu juga merangkap sebagai tempat sampah.....Dimana mana yang namanya pot bunga itu penuh dengan sampah bungkus nasi, bungkus rokok, puntung rokok, palstik bekas bungkus tempe goreng, botol akua, botol suplemen, sampai sampai plastik berisi muntahan anak, semua terkumpul di pot bunga sepanjang trotoar........
     Iseng iseng saya masuk ke pasar. Kebetulan saat itu ada juga rombongan PNS dari yang membidangi kebersihan lagi blusukan ke pasar. Seorang pedagang yang sedang membersihkan sayuran, membuang sampahnya kelantai begitu saja. Tatkala ditegur oleh tim kebersihan tsb, si ibu enteng menjawab : " nanti kan ada yang bertugas menyapu" Jadi mereka menganggap ga apa apa membuang sampah sembarangan, toh nanti ada yang bertugas menyapu. Makanya jangan heran kalu melihat lorong lorong dipasar begitu kotornya, lha wong semua pedagang begitu sikapnya. Toh ada yang menyapu nanti.
     Lelah berjalan jalan, saya masuk kewarung untuk sekedar minum atau makan makanan kecil. Warung makan didalam pasar. Sudahbanyak yang duduk diwarung itu. Duduk ngangkang, atau mengangkat satu kaki dan banyak lagi sikap sikap yang tidak akan kita jumpai dirumah makan gede.
 Asap rokok klepas klepus memenuhi segenap udara warung itu. Tanpa mereka merasa salah, tanpa mereka merasa bahwa perbuatannya itu mengganggu lingkungan sekitar. Kalau rokoknya dah abis diisep, dah hampir sampai kefilternya, dengan entengnya mereka membuang puntung rokoknya kelantai. Lalu diinjek dengan sendal jepit, selesai perkara. Jangan heran juga kalau lantai warung penuh dengan sisa bungkus botok, pepes, kulit pisang dan aneka sampah lainnya.
    Saudaraku, ini hanya sekedar contoh bagaimana masyarakat kita memandang kebersihan. Bagaimana masyarakat kita bersikap terhadap kebersihan. Padahal mereka mempunyai tuntunan hadist Rasulullah saw  : Kebersihan adalah sebagian dari iman. Rasanya kalau ditegur, justru akan terjadi perkelahian, penganiayaan, pokoknya mereka tidak mau ditegur, jangan coba coba menegur orang yang membuang puntung rokok seenaknya kalau tidak ingin diantemi.
     Nah, merubah perilaku, merubah mainset masyrakat kita terhadap kebersihan., dari mana kita akan mulai. Tolong anda anda yang ahli, berikan saran yang kira kira bisa diterapkan dimasyarakat. Jangan cuma teori doang.     

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar