Cerita inspiratif : Menikmati hidup, gaya kapitalis apa gaya ndeso........

 Cerita I

     Seorang petani lagi leyeh leyeh sambil menyeruput kopi diteras gubugnya. Dia berpakaian baju koko, nampaknya akan berangkat menuju pengajian. Tiba tiba datang seorang tamu, seorang motivator yang sering nongol di TV (entah ada acara apa kok tiba tiba bisa ketemu ama pak tani ini). Lalu sang motivator bertanya : "Bapak ini lagi ngapa, mengapa tidak bekerja disawah, atau beternak, setidaknya kan dapat uang tambahan?".
"O, tadi sudah bekerja disawah, merampungkan pekerjaan yang harus digarap hari ini"
"Mestinya bapak bisa bekerja lebih giat lagi, tidak kok hare gini sudah santai santai dirumah"
"Untuk apa?"
"Ya, bapak bisa mengumpulkan uang lebih banyak. Lalu bisa untuk membeli traktor atau alat modern lainnya, sehingga hasilnya meningkat. Atau untuk memperluas sawahnya. Bapak bisa mendapat uang lebih banyak lagi"
"Lalu...?"
"Ya, kalu bapak mendapat uang lebih banyak lagi, bapak kan bisa menikmati hidup ini..."
"Lha menurut bapak, saya ini sekarang sedang apa?. Ini kan lagi menikmati hidup. Bekerja disawah, lalu pulang, kumpul keluarga, bisa ketemu anak istri, lalu ini akan berangkat pengajian, ketemu saudara, teman tema, mendapat ilmu, mendapat siraman rohani......"

Cerita II
      Tetanggaku seorang bakul dipasar. Dagangannya berupa aneka barang plastik. Ada tas kresek, ada kantong plastik, ada sandal plastik, dus snack, dus nasi dsb. Adajuga aneka makanan ringan untuk anak anak, semacam chiki, kacang atom, juga minuman ringan. Nampaknya usahanya dipasar sudah maju. Bahkan untuk kulakan warung warung kecil dipedesaan.
     Dia bekerja mulai dari pagi jam 08.00 sd jam 16.00. Sore hari pulang, masih sempat bergaul dengan tetangga, menghadiri acara RT, PKK dan juga pengajian. Anak anaknya juga tumbuh normal, bermain, mengaji dan bergaul dengan anak anak tetangga.
     Banyak tetangga yang menyarankan agar dia juga membuka warung di rumah, untuk melayani kebutuhan tetangganya. Toh tetangganya juga banyak yang membuka warung dirumah. Bahkan digang lain juga banyak warung. Apa jawabnya?
"  Ya, biarlah tetangga yang membuka warung. Saya cukup kios yang di pasar saja. Lagian, kalau saya membuka warung dirumah, saya tidak bisa santai, tidak bisa ikut kegiatan kampung, waktuku habis untuk nyari duit. Yang buka warung dikampung biar tetangga yang tidak punya pekerjaan saja. Ya, bagi bagi rejekilah...."

Cerita  III
     Pemerintah menetapkan, bahwa kepemilikan gerai/ toko waralaba dibatasi maksimal 180 gerai saja. Ini untuk menekan dan membatasi ekspansi para pemilik modal gerai/ wralaba yang semakin menggurita. Ada waralaba toko minimarket yang mempunyai gerai dimana mana sampai warung warung kecil gulung tikar.
     memang gerai semacam ini selalu berusaha ekspansi semaksimal mungkin. Dimana ada kesempatan untuk buka cabang atau membuka gerai baru, selalu disabet kesempatan itu. Ya, memang pola pikir kapitalis memang demikian, jangan disalahkan. Pemerintahlah yang mestinya membuat regulasi agar antara usaha kecil/ rakyat yang bermodal kecil dapat tetap hidup, namun usaha usaha besar, waralaba dsb juga bisa mendapat kesempatan tumbuh. Pengaturan ini nampaknya sudah baik, tinggal bagaimana aplikasi di lapangan.
     Tapi yang jelas para pemilik waralaba ini orang orang yang kuat modal dan bisa menangguk keuntungan yang besar. Yang jelas juga, waralaba itu maunya menelan dunia...ekspansi terus sampai sejauh mana ia mampu

Cerita IV
     Dari cupliksan novel yang pernah kubaca, yang menceritakan ada seorang pengusaha yang selalu dikompas oleh para preman diujung gang. Sang preman dan gengnya hanya santai santai diujung gang, minum minum, gak mau kerja, tapi hanya ngompas orang orang lewat. Mereka iri dengan kehidupan bos bos yang kaya raya. Mestinya ya bagi bagi duit dong!
     Lalu sang bos yang biasa dikompas, dimintai jatah setiap hari, curhat di novel itu:
"....Kami bekerja sejak dini hari, disaat orang orang belum bangun. Kami siapkan usaha kami, lalu ketempat kerja, kami bekerja dari pagi hari sampai sore hari, lalu sore sampai malam kami merekap usaha kami, menyiapkan apa yang harus dikerjakan esok pagi, lalu malam hari masih menemui kolega, pendek kata kami bekerja dari pagi hari sampai malam hari. Bahkan kadang kami hanya tidur dua tiga jam sehari. Salahkan kami kalau kami dapat memetik keuntungan yang lumayan?
      Kenapa kami harus berbagi dengan mereka mereka yang tidak mau bekerja? yang tiap hari hanya nongkrong diujung gang dan mengompas orang orang berduit dengan alasan menjaga keamanan, bagi rejeki dan berbagai alasan lainnya? Kalau mau dapat duit banyak, ya harus mau bekerja dong
     Kami memang dapat menik mati hidup, akhir tahun kami dapat pergi berlibur keluar negeri atau ketempat wisata, tapi itu ya sebanding dengan kerja keras kami...........

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar