Desa sebagai benteng keaneka ragaman hayati......

     Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan keaneka ragaman hayati yang sangat besar. Aneka flora dan fauna, berbagai jenis dan spesies hidup dan tumbuh di negara yang (katanya) gemah ripah loh jinawi ini. Dari flora di negara kita ini, skian ribu species dunia tumbuh di Indonesia. Anggrek beraneka macam, beraneka macam tumbuhan, mrupakan kekayaan hayati yang tiada duanya. Demikian juga faunanya. Beraneka sepcies hewan hidup di negara kita.
     Namun kekayaan hayati ini nampaknya tidak disadari oleh bangsa Indonesia. Banyak tumbuhan yang hampir punah, atau malah dibawa orang keluar negeri dan dikembangkan disana. Juga faunanya, banyak yang terrancam punah. Diburu orang untuk tujuan ekonomi, hobi, komsumsi, pendek kata tidak ada kesadaran warga bahwa kekayaan alam berupa keaneka ragaman hayati itu kalau sekali punah, selamanya tidak akan dapat kembali lagi.

Bagian dari eko sistem
     Bagaimanapun juga harus disadari bahwa tumbuhan dan hewan merupakan bagian dari ekosistem secara keseluruhan. Berkurangnya populasi satu spesies, akan menyebabkan ledakan spesies lain yang kadang mengganggu keseimbangan ekologi. Taruhlah ular, kodok banyak diburu, maka predator alami untuk tikus sawah menjadi berkurang. Akibatnya terjadi ledakan populasi tikus sawah. Akibatnya terjadi serangan hama padi, lalu terjadi puso/ ggal panen, lalu terjadi kekurangan pangan.
    Demikian juga aneka fauna, adalah bagian dari ekosistem dan akan mempengaruhi iklim setempat maupun iklim secara global. Dengan semakin bertambahnya populasi manusia dan hewan, mestinya juga semakin banyak dibutuhkan pabrik penghasil oksigen ini. Dengan semakin banyaknya polusi udara, pencemaran air, maka juga semakin banyak dibutuhkan penyerap pulutan dan penetral air resapan.
    
Desakan ekonomi
     Harus disadari bahwa kerusakan ekologi, pembabatan hutan dan penangkapan hewan, karena banyak rakyat yang terdesak oleh kebutuhan hidup. Banyak rakyat dipedesaan yang tidak punya pekerjaan, tidak punya penghasilan. Untuk makan, akhirnya mereka mengandalkan kemurahan alam. Ya, membabat hutan atau tanaman yang dapat menghasilkan uang, menangkap burung, hewan liar, ular, kodok dsb hanya untuk sekedar menyambung hidup.
     Memang ada juga yang bukan karena desakan ekonomi, tapi karena keserakahan. Taruhlah misalnya pembabatan hutan secara luas oleh perusahaan, alih fungsi lahan hutan menjadi perusahaan perkebunan, tambang atau kepentingan ekonomi lainnya.

Kosumsi/ kuliner eksotis
    Ini juga yang menyebabkan laju kepunahan hewan liar dan fauna lainnya, yakni adanya nafsu manusia untuk makan sesuatu yang tidak biasa. Di media, TV, koran, tabloid dsb, sering memuat adanya rumah makan/ wisata kulinber yang menyajikan daging kobra, daging kalong, kodok dsb hewan hewan yang tidak biasa dimakan.
     Keserakahan manusia, atau ingin sesuatu yang lain dari yang lain, akan mempercepat laju kepnahan hewan hewan tertentu.

Dari mana kita akan mulai?
     Ya, dari mana kita akan mulai ? Tentunya yang pertama adalah menyadarkan masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup. Dan bahwa flora dan fauna, hewan liar dan segala kutu kutu walang ataga adalah bagian dari ekosistim yang apabila punah atau populasinya berkurang, akan mmempengaruhi keseimbangan alam. Sekarang sudah banyak desa yang menyadari hal itu, lalu ada tindakan pencegahan yang positif, yakni dengan adanya peraturan desa. Baik yang sudah diterbitkan dan berlaku efektif, maupun yang masih digodog/diusulkan. Beberapa peraturan desa yang pro lingkungan dan akan menuju ke desa sebagai benteng keaneka ragaman hayati, misalnya :
  • Peraturan desa/ Perdes tetntang larangan menangkap ikan dengan menggunakan setrum atau racun. Menangkap ikan diperairan umum hanya boleh dengan pancing. Dan pada waktu waktu tertentu diadakan re stoking/ penebaran bibit.
  • Perdes tentang larangan menangkap  burung berkicau. Biarkan burung berkicau dialam bebas tanpa kita berkeinginan untuk memilikinya. Ingat bahwa burung yang ada di kurungan, hanyalah jalan akhir menuju kematiannya.
  • Perdes tentang larangan memburu rumah/ larva semut rangrang. Larva ini biasanya diburu untuk pakan burung berkicau. Semut rangrang adalah predator banyak hama seperti kutu, wereng dsb.
  • Perdes tentang larangan memburu reptil (ular, kodok sawah, biawak dsb) dan hewan liar lainnya (kelelawar, kalong, tupai, garangan, linsang dsb)
  • Perdes tentang larangan mengambil madu lebah liar
  • Perdes tentang larangan menebang pohon tertentu tanpa ijin.

Ada jalan keluar/kompromi
     Tapi kalau semua semua dilarang, rakyat kecil yang tidak punya penghasilan tetap mau makan apa?. Ya, mestinya alam itu diciptakan Allah untuk sebesar besar kemakmuran manusia. Tapi ada aturannya, agar sumber daya alam itu dapat dimanfaatkan terus secara lestari sampai anak cucu nanti. Caranya, ya ambil saja sesuai kebutuhan sesuai daya dukung alam.
     Apabila populasi ikan di perairan umum sudah banyak, ya diadakan hari menangkap ikan. Apabila hewan liar sudah melebihi daya dukung dan cenderung menjadi hama/ musuh manusia, ya diadakan hari berburu hewan liar. Pada hari itu masyarakat boleh memburu kalong, linsang, tupai dsb.
     Nah, kalau desa sudah bisa menjadi benteng keaneka ragaman hayati, maka bayangan akan kepunahan spesies tertentu akan bisa dihindari. Desa menjadi tempat berkembang biak aneka hewan liar, burung, serangga dsb, namun pada waktu waktu tertentu juga bisa bermanfaat bagi manusia.
     Menjadi pertimbangan pula, adanya penagkaran spesies tertentu dialam, dihabitatnya. Atau penangkaran in situ. Contohnya penagkaran burung anis merah di perkebunan kopi. Pada setiap penetasan alami di sarang, hanya akan diambil setengahnya saja dari  yang menetas, sisanya dibiarkan menjadi burung liar dialam bebas.
      Dewasa ini sudah banyak burung berkicau yang bisa ditangkarkan. Baik burung lokal maupun burung impor. Burung lokal misalnya jalak, cucak rawa, anis dll sudah banyak yang berhasil menangkarkan. Burung impor misalnya kenari, love bird, black throat dsb. Nantinya diharapkan burung yang dipelihara adalah burung hasil penangkaran. Sedang burung liar, biarkan bernyanyi dialam bebas. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar