Pusat pusat kuliner Magelang.....Lho kok bau???

     Walikota Magelang membuat gebrakan baru. Pedagang makanan kaki lima dilokalisir, dibuatkan pusat pusat kuliner yang reprsentatif sehingga menarik. Ada pusat kuliner Tuin Van Java, Pusat Kuliner Sejuta Bunga, Jalan Tidar, Jalan Sigaluh dan depan hotel Sriti. Dengan adanya pusat pusat kuliner tsb, kehidupan malam di Kota Magelang menjadi lebih semarak, masyarakat yang ingin makan diluar dan mencicipi jajanan dan makanan akan merasda lebih nyaman. Pedagangpun diuntungkan karena dengan terlokalisir dalam pusat pusat kuliner, mereka lebih dikenal dan menjadi lebih laris.
     Namun stelah berjalan beberapa waktu, ternyata ada yang membuat tidak nyaman, yakni adanya gangguan berupa bau yang tidak sedap, yang berasal dari limbah kuliner itu sendiri. Masalah ini mestinya perlu segera diatasi agar kenyamanan pengunjung tidak terganggu sekaligus memberi pelajaran kepada para pedagang akan penting menjaga kebersihan. Juga mengajak pedagang agar mempunyai kebiasaan yang baik sekaligus mempertahankan Magelang sebagai kota Adipura.

Limbah padat
     Limbah padat dari pedagang makanan, rumah makan lesehan, berupa sisa sisa makanan pengunjung, perasan jeruk  minum. bungkus makanan, umumnya sudah dapat teratasi, karena pagi harinya atau dini hari malahan, para pasukan kuning dengan rajin akan menyapu jalan dan tempat pusat pusat kuliner. Namun yang disayangkan, baik pengunjung maupun pedagang membuang sampah seenaknya, tidak ditempat sampah. Mereka mungkin berpikir, "toh besok sudah ada yang menyapu". Saya pernah berjalan jalan pada pagi hari sekali, sesudah subuh, sebelum pasukan kuning memulai tugasnya. Waduh, bekas tempat pedagang nasi kucing, limbah bekas bungkus nasi kucing bertebaran ditrotoar dan aspal tempat si pedagang mangkal.
     Memang sebentar lagi kan dibereskan oleh pasukan kuning, namun kebiasaan membuang sampah seenaknya, nanti toh ada yang menyapu, harus diubah, menjadi .."aku selesai jualan harus tanpa jejak/ tanpa sampah katrena semua sampah sudah kubuang pada tempatnya....."

Limbah cair
     Nah, limbah cair inilah biang keladi dari bau busuk yang menyengat pada pusat pusat kuliner. Limbah cair berasal dari air cucian piring, yang pasti mengandung sisa sisa makanan, baik yang larut dalam air maupun yang berlemak, minyak dsb. Sisa makanan, lemak, minyak dan mungkin limbah padat yang terlarut dalam air cucian, lalu dibuang keselokan. Celakanya selokan tidak mengalir, sehingga limbah cair tsb lama lama menumpuk diselokan dan membusuk. Inilak yang menimbulkan bau tidak sedap.

Noda minyak dan lemak
     Bekas tempat dimana alat masak berada, pada waktu memasak dan menggoreng, pasti akan terdapat tumpahan minyak, minyak yang muncrat dsb. Ini akan menimbulkan noda ditrotoar dan apabila terkena debu atau kotoran lainnya, akan melekat pada minyak dan menimbulkan noda hitam yang lama kelamaan semakin menebal dan hitam. Membuat pemandangan tidak sedap dan bau.

Perlu tindakan segera
    Agar pusat kuliner tsb tetap menarik pengunjung dan   memberi kenyamanan para pengunjungnya, gangguan berupa bau yang tidak sedap dan noda noda minyak yang makin lama makin tebal ini harus segera diatasi. Apa daya, ternyata saluran pembuangan ditempat pusat kuliner ini ternyata tidak mengalir. Harus ada tindakan ekstra untuk mengatasi masalah ini.
  • Perlu sekali sekali mendatangkan truk tangki yang biasa untuk menyiram taman dan tanaman dimusim kemarau. Cobalah semprot itu saluran pembuangan, got got tempat limbah cair dibuang oleh para pedagang kuliner. Disemprot hingga mengalir kesaluran yang lebih besar untuk kemudian mengalir kesungai.
  • Untuk sedikit mengurangi, pedagang diajari agar limbah cair yang dibuang kesaluran, disaring lebih dahulu, setidaknya limbah padat yang berpotensi busuk tidak ikut terbuang ke saluran.
  • Perlu sekali sekali pedagang diajak kerja bakti, disiang hari tentunya, pada saat mereka tidak berdagang, untuk mencuci, menyikat dan mengerok noda minyak yang menebal itu. Pakai sikat dan deterjen, hingga trotoar dan aspal kembali bersih. Sayang kan, kalau trotoar sudah diganti dengan keramik yang bagus kok penuh dengan noda noda hitam. Salut, saya pernah melihat karyawan sebuah supermarket yang bekerjabakti membersihkan dan mengepel lantai keramik di pusat kuliner hingga kembali bersih. Lha kalau karyawan lain saja mau kerja bakti, masakan yang menempati, ya pedagang kuliner itu tenang2 saja? menunggu kalau ada kerja bakti masal dari instansi pemerintah? Enak aja

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar