PNS itu sudah melupakan gajinya........

     Dulu ada ungkapan, "kalau ingin kaya, jangan jadi PNS sebab PNS itu gajinya kecil. Kalau ingin kaya ya jadilah pegawai swasta atau wirausaha" Tapi rasanya ungkapan ini sekarang sudah tidak tepat karena gaji PNS sekarang sudah sangat tinggi ,dibanding beban kerjanya, dibanding gaji pegawai swasta kelas kelas biasa. Bahkan ada toko buku yang beriklan demikian "Ingin menjadi PNS dengan gaji tinggi dan selalu naik?, kami menyediakan kumpulan soal soal test CPNS......"
     Rasa rasanya menjadi PNS sekarang suatu idaman. Selain bergaji tinggi, masih mendapat honor dan seabreg tunjangan lainnya yang kalau dijumlah ya cukup besar. Bahkan dengan sistim anggaran kinerja sekarang, seolah PNS itu sudah melupakan gajinya. Artinya, mereka masih menuntut honor atau apa namanya setiap melaksanakan pekerjaan. Seorang staf yang ditugaskan untuk menyusun anggaran, akan mendapat honor penyusunan anggaran. Membuat laporan tahunan, akan mendapat honor penyusunan laporan, dst dst.
 Tergantung eranya
   Era tahun limapuluhan, atau awal awal kemerdekaan sampai dengan tumbangnya orde lama, PNS itu betul betul mengabdi. Etos kerja yang tinggi, cinta pada pekerjaannya, semangat mengabdi pada pekerjaannya dengan gaji yang kecilpun mereka tidak mengeluh. Gaji PNS itu dulu katanya hanya cukup untuk hidup 10 hari, lainnya ya cari cari sendiri. Maka pada waktu itu muncul istilah Pamong Praja, Abdi Negara dsb. karena mereka memang punya niat menjadi [pamong bagi masyarakatnya, menjadi abdi bagi negaranya.
    Era awal orde baru, era PNS dibawah pembinaan Korpri, semangat pamong dan menjadi abdi negara masih baik. Pembinaan oleh organisasinya juga cukup baik. Semangat mengabdi, cinta pada pekerjaan, etos kerja, jiwa korsa, masih terpupuk tinggi. Memang sudah ada pencemaran dimana PNS bukan hanya melayani, tapi juga dilayani. Sebenarnya PNS yang ingin dilayani ini hanya akan nampak nyata pada dinas yang mempunyai kewenangan, misalnya yang menerbitkan ijin, dsb. Dinas yang mempunyai fungsi pelayanan dan berhub langsung dengan masyarakat, semangat melayani masih cukup tinggi.
    Era boom minyak, dimana keuangan negara membaik, anggaran meningkat( walau dari utang LN hehe), banyak proyek, maka mulailah pencemaran mainset/ cara berpikir PNS makin menjadi jadi. Disamping gaji, mereka bisa mendapat honor dari proyek, perjalanan dinas dan honor2 kepanitiaan lainnya. Disni mereka mulai melupakan tugas pokoknya. yang dikerjakan adalah yang ada proyeknya. Tugas pokok dinas dikerjakan kalau ada waktu dan perintah. Disinilah awal mereka lupa bahwa mereka telah menerima gaji bulanan yang jumlahnya besar.
    Era orde baru berlalu, masuk ke era reformasi, penyusunan anggaran katanya "anggaran berbasis kinerja". Mestinya diharapkan anggaran pemerintah membaik, kinerja PNS juga membaik, tapi yang terjadi adalah: kalau tidak ada anggaran, pekerjaan ya tidak dilaksanakan. Kinerja malah melorot. Semua pekerjaan berdasarkan .....ada anggarannya enggak??....Nah, disinilah PNS semangkin melupakan bahwa mereka telah menerima gaji bulanan. Tidak ada lagi semangat mengabdi pada negara, semnangat sebagai pamong masyarakat, yang ada adalah....ada duitnya nggak??....

Merasa paling berjasa, paling dibutuhkan
    Era sekarang juga ditandai dengan masing masing satuan kerja merasa paling dibutuhkan, paling berjasa, sehingga mestinya mendapat porsi anggaran terbesar, honor paling besar dan kesejahteraan paling besar. Satuan kerja yang bertugas menyusun anggaran berdalih, kami yang paling sibuk menyusun anggaran, kalau tidak kami susun, maka pemerintahan dan pembangunana tidak jalan, dalam menyusun anggaran diperlukan keahlian khusus yang tidak dimiliki oleh satuan kerja lain. Jadi sudah sepantasnya kami mendapat honor tinggi. Satuan kerja yang bertugas menyusun SOTK juga demikian. Kami yang paling sibuk, kalau tidak kami susun tidak ada satuan satuan kerja. Dalam menyusun ini diperlukan keahlian khusus yang tidak dimiliki satuan kerja lain. Jadi kami mesti mendapat honor tertinggi. Satuan kerja yang bertugas di pemungutan pajak, retribusi juga akan merasa paling berjasa. Lha kalau tidak kami carikan uang, darimana anggarannya. Maka mestinya kami yang paling tinggi honornya.
     Akhirnya mereka berlomba lomba mendapatkan anggaran yang tinggi, honor yang tinggi, pokoknya diluar gaji harus ada honor yang paling tinggi.

Saling iri antar profesi
     Semangat merasa paling berjasa inilah yang akhirnya juga melahirkan perasaan iri dengan profesi lain. Juga ada perasaan merasa dipinggirkan, dianak tirikan, lalu berjuang untuk mendapatkan penghasilan yang setara dengan profesi lain. Maka muncullah istilah renumerasi, serttifikasi dsb, yang walau sebenarnya tujuannya baik, tapi ujung ujungnya adalah bagaimana meningkatkan penghasilan satu profesi tertentu. Sekarang masing masing profesi berjuang untuk mendapatkan renumerasi, sertifikasi dsb entah apa lagi namanya, tapi yang jelas, dengan itu, ada tambahan penghasilan.

Kembalilah pada khittahmu
     Wahai PNS, kembalilah pada khittahmu. Bahwa anda adalah abdi masyarakat, abdi negara. Kalian bekerja adalah untuk mengabdi, mengerakkan roda pemerintahan dan pembangunan serta melayani masyarakat. Untuk itulah anda digaji. Jika anda melihat pendahulu anda, mestinya gaji sekian itu sudah cukup besar.
     Kalau toh anggaran berbasis kinerja, mestinya juga harus dilihat Standar Pelayanan M inimal yang harus anda kerjakan, sebagai pertanggung jawaban anda menerima gaji. Juga harus diingat bahwa seorang PNS itu mesti punya uraian tugas/ tupoksi, apa yang mesti dikerjakan. Lha kalau melaksanakan tugas pokoknya kok minta honor tambahan, bahkan adakalanya mengikuti rapat kok ada honornya, apa itu bukan suatu korupsi terselubung? Memang dalam anggaran kinerja ada hal hal yang harus ada anggaran tambahan, sesuai dengan beban kerja,  biaya yang dikeluarkan dan tugas tugas yang memang perlu anggaran.
     Mari kita set ulang pola pikir kita tentang anggaran kinerja, sehingga tidak ada istilah ....."saben obah, duit"...mana yang merupakan tugas pokok, SPM yang itu merupakan pertanggungan jawab kita menerima gaji, mana yang harus ada anggaran tambahan, kita harus bisa memilah.
      Yang harus diset ulang juga adalah jangan merasa paling berjasa, profesiku paling dibutuhkan, jangan merasa iri dengan profesi lain, bekerjalah dengan dilandasi rasa pengabdian, ibadah kepada Allah, nanti anda akan merasa, gaji berapapun anda akan puas, cukup dan barokah. Amin.
       
     

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar