Rasa saling
curiga, ketidak senangan dan permusuhan antara Muslim- Yahudi rasanya sudah
berurat berakar sejak ribuan tahun, praktis semenjak Islam lahir 14 abad yang
silam. Walau pada abad abad peertengahan kaum Yahudi bermusuhan dengan kaum
Nasrani, dimana kaum Yahudi merasa sudah duaribu tahun teraniaya dengan
puncaknya kejadian holocaus pada jaman Hitler yl, namun permusuhan antara
Muslim dan Yahudi rasanya lebih kronis dan pada akhir akhir ini dengan berbagai
isu menjadi lebih panas lagi.
Kaum Yahudi yakin
bahwa Islam itu anti semitisme, khususon kaum Yahudi/ sangat anti Yahudi.
Sedang kaum Muslimin yakin bahwa Yahudi itu ingin menghancurkan Islam.
Setidaknya agar kaum Muslimin jauh dari ajarannya.
Kaum Yahudi yakin,
bahwa Yahudi (sebagai bangsa, sebagai etnis dan sebagai agama) adalah bangsa
terpilih. Bangsa yang dipilih oleh Tuhan, bangsa yang paling dikasihi Tuhan
melebihi bangsa bangsa lain didunia. Sedang kaum muslimin/ umat Islam yakin,
bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia (khairu
ummah). Klaim keduanya itu tidak pduli bagaimana perilaku sehari hari kaumnya.
Apakah tindak tanduk kaum Yahudi mencerminkan sebagai bangsa pilihan Tuhan? Apakah
perilaku umat Islam sehari hari dalam kehidupan dimasyarakat, dinegara dan
dalam pergaulan antar bangsa bangsa didunia mencerminkan umat yang terbaik?
Di lingkungan
Yahudi ada satu kepercayaan tentang adanya bangsa
Amalek, yakni bangsa yang sangat membenci dan ingin menghancurkan kaum
Yahudi mulai sejak dahulu kala, pasca exodus bangsa Israel dari Mesir, jadi
sejak jaman nabi Musa dulu. Tuhan memerintahkan kepada kaum Yahudi untuk
menghancurkan bangsa Amalek ini sepanjang sejarah, hingga tak seorangun dari
mereka yang hidup. Lha, orang Islam ini dianggap sebagai representasi dan/atau
keturunan amalek, jadi harus dimusnahkan sak cindhil abangnya.
Di lingkungan
Islam sendiri juga ada keyakinan bahwa kaum Yahudi itu ingin menghancurkan
Islam. Makanya sering kita dengar, setiap ada bencana terhadap Islam, selalu
ada istilah “oh, ini konspirasi Yahudi”. Orang Yahudi adalah musuh Islam, dan
Tuhan menginginkan orang orang yang memusuhi Islam itu diperangi dan
dihancurkan. Orang Islam dilarang untuk menjadikan Yahudi sebagai sahabatnya.
Juga ada kepercayaan bahwa dihari akhir nanti akan turun Dajjal, yakni makhluk yang selalu bikin kerusakan dimuka bumi ini.
Nah, perilaku Yahudi dianggap sebagai representasi dajjal itu sendiri.
Kondisi
perkembangan politik dunia saat ini juga semangkin memperparah hubungan Muslim-
Yahudi. Isu Israel- Paslestina, Islamophobia, masalah terorisme yang dikaitkan
dengan Islam fundamentalis, penyangkalan Holocaus oleh umat Islam Iran, semua itu rasanya semakin menjauhkan jarak
antara Muslim – Yahudi.
Namun sebenarnya
ada celah yang dapat digunakan untuk mendekatkan keduanya. Yahudi dan Islam,
sama sama berangkat dari tradisi monoteisme, sama sama agama samawi, sama sama
Anak anak Ibrahim. Yang satu keturunan Ischac, yang lain keturunan Ismail. Jika
berangkat dari semangat “ bagimu agamamu,
dan bagiku agamaku”......dan “Fastabikul khairat/ berlomba lomba dalam berbuat
kebajikan”....rasanya sebenarnya jarak antara keduanya bisa didekatkan.
Masalahnya rasa permusuhan, rasa curiga antara keduanya ini belum/tidak pernah
dicoba ubtuk dicairkan. Bahkan dilingkungan Islam, bergaul, berdialog dengan
Yahudi itu ya dianggap Yahudi. Contohnya Gus Dur, yang mempunyai banyak teman
Yahudi, dulu ada isu bahwa Gus Dur itu udah jadi Yahudi.
Nah, dalam buku ini
Rabi Marc Schnier dan Imam Shamsi Ali mencoba membuka dialog Muslim- Yahudi,
meskipun mereka menyadari, bahwa tantangan, tentangan dan penolakan dari kedua
umat akan sangat besar.
Dimasa yang akan
datang, dalam suasana globalisasi dunia yang tidak terelakkan, pergaulan dunia
semakin luas. Anak anak kita nanti, muslim akan hidup bertetangga dengan
Yahudi,dengan Nasrani, bahkan dengan kaum tidak bertuhan. Di Muslim sendiri
mungkin anak anak kita akan hidup bergaul dengan Syiah, Ahmadiyah, Sunni dlsb.
Dalam kondisi seperti ini, bekal apa yang akan kita berikan kepada anak anak
kita? Apakah ajaran yang kaku, bahwa Yahudi itu harus diperangi, tidak boleh
bergaul dengan mereka?. Ataukah kita ajarkan semangat toleransi tanpa harus
mengorbankan Akidah, Ibadah dan Muamalah agama kita?...............So, mari
kita renungkan.