Yang hobby kuliner, belajarlah juga memasak sendiri......

     Nasehat ini aku dapatkan dari temanku yang hobby kuliner. Hampir setiap saat, dimana ada kesempatan, selalu keluar rumah untuk mencobai rumah makan, warungf makan atau tempat tempat lain yang terkenal masakannya. Pendek kata, setiap ada informasi tempat makan yang enak, dia selalu berusaha kesana. Namun suatu saat dia membaca sebuah artikel yang mengupas tentang makanan yang dijajakan. Betapa tidak sehatnya makanan yang dijajakan dirumah makan, warung dan kaki lima di Indonesia ini. Lalu dia mencoba untuk membuktikan apa yang tertulis di artikel itu dengan kenyataan dilapangan. Dan memang kenyataannya sedikit sekali rumah makan yang abai terhadap kebersihan, kesehatan dan nilai gizi dari makanan yang dijajakan.
Kebersihan
     Pada umumnya rumah makan kecil dan terutama kaki lima, sama sekali tidak memperhatikan kebersihan. Tempat cuci piring hanya terdiri dari dua ember, yang pertama untuk membersihkan/ menyabun, dan yang kedua untuk membilas. Entah berapa puluh kali keduas ember itu digunakan untuk mencuci, pokoknya kalau belum pekat benar, belum akan diganti. Kain lap untuk mengelap piringpun sampai berwarna kehitaman bahkan kadang berfungsi ganda, ya untuk lap piring sekaligus untuk lap meja. Ada satu ungkapan, kalau jajan diwarung makan, lihat dan bayangkan apa yang ada diatas meja saja. Jika melihat bagaimana kondisi dapur dan tempat cuci piring, bisa bisa nggak jadi makan.
Nilai gizi
     Banyak tulisan yang mengulas, bahwa makanan yang dijajakan umumnya adalah makanan sampah/ junk food. Ini karena nilai gizi yang tidak baik. Makanan yang dijajakan umumnya mempunyai kandungan lemak yang sangat tinggi, kolesterol tinggi, garam tinggi, penyedap rasa, pengawet dsb. Ini diperlukan agar makanan berasa sedap, enak dan menarik minat pembeli. Tidak heran bila orang yang terbiasda jajan, atau sering makan diluar, maka cepat mengalami kegemukan, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi dan berbagai keluhan lainnya.
Bahan baku
     Bahan baku untuk rumah makan, warung, kaki lima dsb umumnya sudah tidak segar lagi. Sayur dan daging sudah masuk lemari es. Bahkan untuk warung kecil, bahan bakunya umumnya adalah barang barang sortiran atau yang bernilai rendah. Mungkin daging glonggongan, daging kadalu warsa bahkan daging sisa sisa RPH atau bahkan sisa dari rumah makan lain. 
Bagaimana baiknya?
     Ini bukan berarti kita tidak boleh makan diluar atau menikmati kuliner, namun kita perlu berhati hati. Masih banyak rumah makan, warung dan kaki lima yang tetap menjaga kebersihan dan kwalitas makanan yang dihidangkan.
  • Pilihlah rumah makan yang sudah mempunyai nama. Umumnya mereka juga akan menjaga nama besarnya. Juga tetap dalam pengawasan PHRI maupun dinas yang berwenang.
  • Hindari rumah makan atau warung yang remang remang, yang tidak punya nama, yang tidak laku, dsb. Warung makan yang tidak laku umumnya hidangan yang dijajakan sudah tidak segar lagi/ dipanasi berkali kali.
  • Jangan tergiur oleh harga yang murah. Orang jawa bilang "ana rega ana rupa". Warung makan dengan harga murah, jangan jangan dagingnya glonggongan, daging bangkai atau daging afkiran dari rumah makan lain. Ada cerita bahwa banyak warung makan, kaki lima yang menampung minyak goreng sisa/bekas dari hotel dan warung makan besar.
 Belajarlah masak sendiri
     Dari pengalaman melanglang kuliner dan akibat yang ditimbulkan, mari kita pertimbangkan untuk sekali sekali memasak sendiri. Ini juga akan menjadi selingan yang menyenangkan. Kita bisa memilih bahan baku yang sehat, segar dan sesuai selera kita. Tingkat rasa asin, garam, vetsin dan berbagai bahan tambahan dapat kita kurangi. Juga kadar lemak, gorengan dsb dapat kita kurangi sehingga mendapatkan hasil masakan yang sehat bagi anak anak dan keluarga kita. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar